Ada tiga hal yang paling ku takutkan di dunia ini. Kehilangan lo, kehilangan kau, dan kehilangan kamu. Itu saja.
° ° °
“Gue kerumah lo sekarang!”
Sambungan telepon langsung diputuskan secara sepihak begitu saja oleh Jia. Viola mengerutkan keningnya. Ia penasaran, apa yang telah membuat Jia se-emosional seperti tadi? Suara gadis itu terdengar jelas seperti sedang menahan amarah.
Viola menoleh, menatap jam yang ada di kamarnya. Terlihat jarum sudah menunjukkan pukul 7 malam. Dan bahkan gadis itu masih memakai seragam sekolahnya.
Jika ia mandi, ia takut kalau Jia tidak tau. Sengaja, Viola memberikan kunci cadangan rumahnya kepada Jia. Viola percaya bahwa sahabatnya itu tidak akan pernah melakukan hal yang aneh-aneh. Terbukti sampai saat ini, Jia selalu mempertahankan kepercayaan yang sudah diberikan Viola kepadanya.
Viola berpikir, mungkin ia harus menulis catatan saja kalau ia sedang ada di dalam kamar mandi, dan semisal Jia sudah sampai nanti, gadis itu tidak perlu mencarinya ke seluruh penjuru rumah. Yap, mungkin itu ide yang bagus.
Viola mulai mengambil salah satu buku tulis yang ada di dalam tasnya, kemudian ia merobek selembar kertas yang ada di buku itu. Viola juga tak lupa untuk mengambil pulpennya. Gadis itu mulai menuliskan sesuatu.
Aku lagi di kamar mandi ya Jia. Jia tunggu aja di sini.
-Viola.
Viola lalu menutup pulpennya, dan menaruhnya ke sembarang arah. Ia beranjak berdiri, hendak meletakkan surat yang tadi ia tulis ke depan pintu kamarnya.
Gadis itu mengambil beberapa pakaian untuk ia pakai nanti dan tak lupa dengan handuk, lalu membawanya ke kamar mandi. Ngomong-ngomong, kamar Viola terletak di lantai dua, sedangkan kamar Papamya berada di lantai satu. Yang artinya Viola selalu saja sendirian, tetapi tenang, ia sudah terbiasa.
Sebelum ia masuk ke kamar mandi, entah itu bisa disebut kebiasaan atau tidak, Viola selalu mengintip ke arah jendela kamarnya terlebih dahulu. Jendela itu menghadap langsung ke halaman belakang.
Tidak terlalu buruk. Viola hanya bisa melihat seorang anak kecil. Bukan-bukan. Maksudnya roh anak kecil. Anak itu laki-laki, sekitaran umur sepuluh atau sebelas tahun. Yang menarik adalah, roh itu tidak seseram roh lainnya yang selalu saja menampakkan wujud ngeri milik mereka dengan sengaja kepada Viola.
Viola dapat mendengar suara lirih dari anak itu yang tidak beraturan, padahal jarak mereka bisa dibilang jauh. Tiba-tiba saja roh itu menoleh, menghadap kearah Viola dengan memutar kepalanya sendiri sebesar 180°. Roh itu menatap dingin ke arah Viola yang juga tengah menatapnya.
Kantung mata hitam, serta sorotnya yang sangat mencekam. Lagi-lagi ia ditemukan dengan roh yang tidak biasa. Viola dengan cepat menutup gordennya di saat ia melihat roh tadi mulai mengoyak dan membongkar isi perutnya sendiri.
Viola menghela nafas lega. Untung saja rumahnya sudah dilindungi, dan para roh tidak bisa sembarang masuk ke dalam rumahnya kecuali Viola mengijinkan.
“Tumben cuma satu. Biasanya, ada tiga atau lima roh sekaligus di taman belakang yang selalu nungguin aku ngeliat mereka. Apa gara-gara roh anak kecil yang tadi, ya?” Viola penasaran, gadis itu mulai bergumam sendiri. Tidak ingin terlalu menghiraukan, Viola langsung saja beralih ke kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Huh, That Devil!
TerrorMelihat hantu atau roh? Merasakan kehadiran mereka? Mendengar teriakan minta tolong dari area pemakaman? Berbicara dengan mereka? Viola Tsundari sudah terbiasa dengan itu semua. Bahkan ia sudah dianugerahi semua kemampuan itu semenjak ia dilahirkan...