#5

3.9K 248 1
                                    

Kini di kamar rawat Adira terdapat Alden yang membantu merapihkan baju-baju adiknya itu ke dalam tas. Setelah satu minggu ia dirawat, dokter Bram yang menangani Adira mengatakan ia sudah boleh pulang ke rumah dengan syarat yang selalu diberikannya ketika ia pulang. Tapi tetap ia tidak akan terlepas begitu saja dari rumah sakit karena ia harus check up kesehatannya 3 hari satu minggu.

"Bang Aldenn."

Alden yang masih sibuk merapihkan baju pun hanya bergumam menanggapi adiknya itu.

"Bang Alden, liat aku dulu bentar aja. Aku mau ngomong." sambungnya ketika melihat abangnya masih fokus dalam pekerjaannya.

Alden pun akhirnya menoleh kepada Adira. "Iyaa, ada apa Rara?" sambil melemparkan senyumannya ia selalu bersikap lembut pada adiknya itu.

"Kan Rara udah baikkan nih dari kemo, Rara juga gangerasain sakit-sakit lagi bahkan Rara jauh lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Nah Rara boleh ga daftar sekolah? Abang gausah khawatir sama aku, aku bisa jaga diri gaakan ngelakuin hal yang aneh-aneh dan sekolah yang aku pilih pun Pelita kok." Adira begitu bersemangat sampai tak memberi jeda untuk Alden berbicara.

Ketika Alden akan bicara Adira pun mengangkat suara kembali. "Aku kan gapernah tuh ngerasain sekolah yang beneran sekolah ketemu temen banyak, bersosialisasi, diajarin macam-macam guru selama aku hidup 16 tahun. Lagian homeschooling  tuh ngebosenin tau bang, aku juga pengen kaya remaja normal lainnya. Bang Alden tau sendiri kan temanku selama hidup cuma bang Alden, suster bila, dokter bram, dimas juga ka meta. Plisss bolehh ya bang plissss!" kali ini ia tautkan jemarinya memohon kepada Abangnya dengan wajah memelas.

Alden mengela napas berat, ia tidak bisa menolak permintaan adiknya itu apalagi jika sudah memasang wajah memelas. "Yaudah nanti abang konsul dulu ke Dokter Bram."

"Yeyy!! Makasih Bang Alden yang ganteng, pinter, baik pulaaa! the best deh pokonyaa!" sambil memeluknya erat seraya terus bersorak senang.

"Yaudah, Rara tolong lanjut beresin bajunya. Biar abang ke ruang dokter Bram sekarang." kata Alden.

Adira yang mendengar itu hanya mengangguk antusias lalu lanjut merapihkan bajunya.

Kini Alden berada di hadapan Dokter Bram. "Sebenarnya saya tidak akan setuju, karena sungguh ini sangat beresiko terhdap kesehatan Adira. Tapi setelah penjelasan kamu tadi tidak ada salahnya demi kebahagian Adira, toh ini permintaan langsung darinya. Asalkan ada seseorang yang memang selalu menjaganya supaya ia tidak terlalu kecapean dan selalu terawasi apabila buruknya terjadi sesuatu terhdapnya."

Alden menganggukan kepalanya mengerti. "Ada Meta juga yang sekolah disana kok dok, jadi dia bisa ngawasin Rara."

"Baguslah kalau gitu, saya setuju ko. Semoga Adira bisa lebih semangat melawan penyakitnya."

UnspokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang