D u a

47 16 8
                                    

Hari ini berjalan seperti biasa. Tidak ada yang istimewa. Aku sedaritadi menunggu hal apa yang akan ia lakukan tetapi tak ada satu pun aktivitasnya yang berbeda dari biasanya.

Dia masih tetap sama bahkan benar-benar sama. Di pagi hari ia menyapaku seperti biasanya ketika berhenti di persimpangan lampu merah. Kemudian ia tetap menjawab soal-soal matematika yang diberikan guru dengan lancar. Selain itu ia juga tetap sebodoh biasanya dalam pelajaran Bahasa Inggris.

Dalam hati, aku jadi bertanya-tanya, apa ia lupa tentang hitungan satu sampai sepuluh yang dia bicarakan di taman kemarin sore? Ini adalah hari kedua. Delapan hari bukanlah waktu yang lama. Apa dia terlalu sepele?

Aku tersenyum kecut memikirkan salah satu kemungkinan yang tak ingin aku akui. Mungkin saja ia hanya ingin menggodaku semalam. Ya, ya. Sudah pasti. Ini pasti hanya candaannya.

Bodohnya aku.

Keluar dari kelas, aku hendak melihatnya di lapangan basket. Ia mengikuti ekskul itu dan hari ini adalah jadwal latihannya. Katakanlah aku terlihat terlalu mengidolakannya tapi ini sudah menjadi kebiasaanku. Sulit untuk tidak melakukan rutinitas semacam ini. Bisa-bisa aku susah tidur nanti malam jika melewatkan agendaku untuk melihatnya latihan basket. Tidak. Aku tidak melebih-lebihkan atau lebay. Ini berdasarkan pengalamanku. Aku pernah lupa melihatnya latihan dan ketika menyadarinya aku jadi tak bisa tidur semalaman. Kalau diingat lagi karena tidak tidur aku jadi demam dan absen tiga hari.

Repot juga menyukai seseorang seperti ini.

Aku memilih tempat yang sudah sejak awal ku klaim secara pribadi sebagai tempat dudukku tiap menontonnya latihan maupun bertanding di sekolah ini. Beruntungnya pula tak pernah sekalipun tempat ini diduduki oleh orang lain setidaknya hingga saat ini. Ketika aku menyadari ia menatap ke arahku, aku tersenyum dan melambaikan tangan seperti biasa. Ia ikut tersenyum namun tak melanjutkan latihannya. Dari sini aku bisa melihat jelas kalau ia bicara dengan pelatihnya sebelum beranjak dari lapangan dan berjalan ke arah ku.

"Ada apa?" Tanyaku begitu ia sampai dihadapanku. Tak mengindahkan pertanyaanku ia justru bertanya balik. "Bawa minum, gak?" Aku mengernyit namun mengangguk sebagai respon atas pertanyaannya. Tersenyum tanpa dosa, ia meminta minumanku. "Bagi, dong."

Menghembuskan nafas gusar, aku membuka tasku dan mengambil botol minuman dari sana. Aku menunjukkan botol yang tinggal terisi setengah itu padanya. "Segini cukup?" Mengangguk riang ia mengambilnya dari tanganku dan meminumnya rakus. Berdecak, aku mencubit pinggangnya. "Minumnya sambil duduk!" Omelku yang ditanggapinya dengan kekehan. "Ampun, Nyai. Perhatian banget deh. Aduh!"

Ia memintaku menghentikan cubitan dan menutup kembali botol itu. Setelah menyimpan botol tersebut aku bertanya heran karena merasa janggal. "Tumben gak bawa minum. Ketinggalan?" Masih dengan senyuman ia menggeleng. "Enggak, ah. Aku bawa kok."

Aku memandangnya heran, "Jadi ngapain minta? Lebih dekat ngambil di tas kan daripada minta punyaku?" Ia menatap tasnya yang berada di pinggir lapangan sambil berkacak pinggang. "Memang, sih."

"Dasar aneh," cibirku membuatnya menaikkan alis. "Enggak, tuh." Aku ikut menaikkan alis, meminta penjelasan lebih. Berkacak pinggang, ia menjelaskan. "Buat apa aku ambil minum di tas kalo disini aku bisa minum minuman punya calon istriku sendiri?"

Aku refleks melongo sedangkan ia kembali bicara, "Apalagi aku bisa dapat bonus dari minum minuman punya kamu."

"Hah? Bonus?"

Mengangguk mantap, ia mendekatkan wajahnya ke telingaku. "Ciuman gak langsung sama kamu."

Blush

Hatiku tak kuat. Aku memasang tampang cengo dan dapat ku lihat ia memamerkan senyum kemenangannya. Mengusap puncak kepalaku lembut, ia pamit untuk melanjutkan latihannya. Meninggalkanku yang duduk dengan perasaan campur aduk.

Laki-laki itu selalu berhasil mempermainkan perasaanku.

⌛-Satu sampai Sepuluh-⏳

Haloooo!

Selamat hari Senin manteman:3
Oiya hari di cerita ini sesuai hari up, ya. Jadi semalam tuh hari Minggu, hari ini hari Senin, besok itu hari Selasa.

Jadi, gimana manteman?

Udah tahu apa yang bikin cerita ini unik?

Silahkan respon di kolom komentar, ya♡

Jangan lupa berikan vote dan komentar untuk berinteraksi dengan author, memberi apresiasi, dukungan, juga kritik dan saran♡

See you!

Satu sampai Sepuluh [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang