S a t u

97 16 5
                                    

Sore ini masih sama seperti sore biasanya. Aku mengayunkan kakiku ke depan dan ke belakang agar ayunan yang ku duduki saat ini tetap berayun. Sedangkan dihadapanku, sosok yang selama ini aku sukai sedang bermain game di ponselnya. Kakinya juga ia ayunkan, sesuai ritme permainannya. Aku bisa tahu jika ia sedang mendapatkan musuh yang kuat ketika ia mengayunkan kakinya cepat dan tergesa-gesa.

Refleks yang aneh. Tapi aku suka.

Aku meregangkan tanganku, meletakkan novel ke sebelahku karena tak ada orang yang mendudukinya. "Enak ya bisa jatuh cinta." Ucapku merasa puas dengan novel yang ku baca.

"Aku bisa buat kamu jatuh cinta," respon cowok itu tak terduga dengan nada bercanda dan mata yang masih terfokus pada gamenya. Aku mengerjap serta menatapnya sedikit tak percaya walau tahu itu hanya salah satu candaannya yang tak bermutu. Dia memang sejahil itu setiap harinya. Tapi, memang dasarnya aku yang suka sok jutek, ku balas saja angkuh candaan yang sedikit membuat hatiku jedam-jedum itu. "Mana bisa princess jatuh cinta sama kecoa terbang."

Ia menaikkan alisnya, menatapku sekilas dan entah kenapa mulai serius. "Kamu yakin ngomong gitu?" Aku mengangguk tenang walau sebenarnya jantungku berdegup kencang. Aktingku memang bagus. Sepertinya aku harus mencoba peruntungan di dunia seni peran dengan mengikuti ekskul drama di sekolah.

Kini ia menyimpan ponselnya di saku celana dan menatapku lurus. Tersenyum licik, ia kembali berujar. "Hitung satu sampai sepuluh, aku bisa buat kamu jatuh cinta sama aku."

"Gak bakal," bantahku bertentangan dengan nurani yang menjerit. Ia masih saja tersenyum, "Hitung satu angka satu hari, mau gak?"

"Ga bakal bisa juga."

"Kita buktiin aja gimana?"

"Ga ada princess yang jatuh cinta sama kecoa terbang!" Bantahku lagi membuatnya terkekeh. "Kenapa ga ada? Cerita putri cinta sama pangeran kodok aja ada. Ga ada aturan yang larang percintaan putri sama kecoa, kan? Kamu ga boleh diskriminasi kecoa, dong." Balasnya sedikit mengejekku. Ya. Dia cukup dekat denganku sehingga tahu aku tergila-gila dengan dongeng seperti itu. Bahkan dia tahu tiga dongeng yang paling ku suka dan cerita pangeran kodok adalah salah satunya.

"Kamu kira cinta itu apaan? Masa iya sepuluh hari cukup buat jatuh cinta?"

"Jadi gimana sama orang yang jatuh cinta pada pandangan pertama?"

Aku terdiam, sedangkan ia tersenyum menang.

"Hitung setiap satu hari satu angka, mulai satu sampai sepuluh dan dimulai dari hari ini. Akan aku buat kamu jatuh cinta." Perintahnya dengan senyum mengembang sedangkan aku berusaha menyembunyikan rasa gugupku. Bagaimana ini? Ketika ia tidak melakukan apapun saja sudah cukup untuk menarik perhatianku dan membuatku ingin memandanginya sepanjang hari. Apalagi jika ia akan merayuku selama sepuluh hari? Hatiku tak akan kuat!

Ia menghentikan ayunan kakinya juga memegang besi penyangga ayunan ini agar sepenuhnya berhenti. Aku hendak bertanya namun ia lebih dulu menyela. "Sudah sore. Mama bisa marah. Ayo pulang."

"Kayaknya kamu main jam sebelas malam keluar rumah juga ga masalah." Balasku sedikit heran karena jarang-jarang ia memikirkan hal seperti itu. Dari status whatsappnya maupun snapgram aku bisa tahu kalau dia sering keluar malam untuk bermain bersama teman-temannya.

"Bukan Mama aku. Tapi Mama mertua aku." Balasnya membuatku mengernyit. "Mama mertua?"

"Ya Mama kamu, lah. Kamu kan selalu dimarahin kalo pulang lewat dari jam enam." Ia mendumel sambil berkacak pinggang. Mematung, aku berusaha rileks. Tapi apa daya. Sepintar apapun aku berakting wajahku yang terasa memanas ini pasti sudah sangat merah. Bertingkah sok cuek dengan pipi semerah tomat hanya akan membuatnya tertawa dan mengejekku.

Jemarinya menggenggam jemariku erat. Aku refleks menatapnya dan sudah dapat aku pastikan bahwa pipiku sudah bertambah merah. "Kamu manis kalo lagi malu-malu." Godanya padaku yang sayangnya tak bisa ku balas karena lidahku terasa kelu bahkan hanya untuk menyebut namanya saja. Sepenuhnya aku sadar, perang sepuluh hari ini sudah resmi ia mulai saat ini.

Dan disaat yang sama aku menyesali perkataanku.

⌛-Satu sampai Sepuluh-⏳

Hai, hai!

DyLevy cans here, beb♡
Semoga kalian suka sama salah satu ceritaku ini ya. Aku berusaha membuatnya unik.

//apanya yang bikin unik, thor?

Jawabannya ada di ujung langit.

//pletak!

G.

Ayo tebak-tebakan. Apa hayo yang bikin cerita ini unik?

Btw, ayunan yang dipake tuh ayunan yang ini nih


Kepengen cari gambar yang aesthetic tapi ga nemu-nemu:(
Jadi yang itu ae dah:(

Oh, iya.

Happy eid mubarak everyone!!!

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komentar untuk berinteraksi, memberikan apresiasi, dukungan, serta kritik dan saran ya♡

See you!

Satu sampai Sepuluh [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang