Senin.
Hari menyebalkan dan mengerikan bagi segelintir orang. Termasuk aku. Tetapi, ada berbeda dengan hari Senin kali ini. Untuk pertama kalinya setelah aku dan dia saling kenal, kami merasakan kecanggungan yang hakiki. Pipi kami sama-sama bersemu tiap kali pandangan kami bertemu. Aku tak begitu mengerti. Tetapi, sejak pertanyaan mengejutkannya semalam suasana canggung ini tak dapat terelakkan.
Apa aku sudah berhasil membuatmu jatuh cinta?
Sial. Kalimat itu selalu terputar di kepalaku sejak pertama kali mendengarnya kemarin. Bahkan tadi malam aku tak bisa tidur karenanya. Tadinya aku ingin merutuki dirinya karena aku yakin itu hanyalah candaannya atau mungkin prank agar ia memenangkan 'Pertempuran Satu sampai Sepuluh' ini. Tapi setelah melihat pipinya merona tiap menatapku aku jadi menarik sebuah simpulan.
Mungkin sebenarnya ia juga menyukaiku dan mencari kesempatan agar bisa 'mendekatiku'. Lalu ia membuat hitungan satu sampai sepuluh sebagai salah satu trik agar ia dapat mendekatiku tanpa harus canggung.
Tapi, apa itu mungkin?
Ah, memikirkannya membuatku gila. Harus ku akui terkadang aku berharap ia memiliki perasaan yang sama denganku. Tetapi kini aku justru takut. Aku takut persahabatan kami renggang dan menjadi canggung. Lihatlah. Dia bahkan belum menjadikanku pacar tetapi kami sudah secanggung ini. Apalagi nanti ketika berpacaran?
Aku menggelengkan kepalaku kuat. Tidak, tidak, tidak. Sejauh apa aku berpikir? Bohong kalau aku bilang tidak apa-apa hanya menjadi sahabatnya. Hatiku menginginkan sesuatu yang lebih dari sahabat. Walau menjadi canggung itu menakutkan, aku harus bisa menerima resiko itu andai kata dia menembakku. Aku ingin jadi pacarnya. Bahkan aku ingin menjadi istrinya. Apapun yang terjadi biarlah terjadi. Aku tak ingin membohongi perasaanku sendiri. Membayangkannya saja sudah membuatku sesak.
"Psst!"
Menoleh ke sumber suara, aku dapat melihat Satya berdiri di sebelahku. "Apaan?" Tanyaku ketus membuatnya berdecak. "Jangan judes amat napa mbak!" Aku berusaha tersenyum walau yang terlihat di wajahku lebih tepat dikatakan sebagai seringai. "Ada apa Satya?"
"Jangan bikin gue ngeri, deh!"
"Sok banget ya! Gue? Sok orang kota, hm? Dasar kutil anoa!"
"Dasar emang mak lampir, ye! Dahlah aku cuma mau ngasih titipan si budak cinta, nih!"
"Budak cinta?" Ulangku membuatnya menghela nafas. "Your ayang bebeb tercinta," ucapnya sambil menunjuk ke arah titisan kecoa terbang yang juga sedang menatap kami. Aku buru-buru memutus kontak mata dengannya, membuat Satya menggeleng-gelengkan kepala. "Indahnya kisah kasih di sekolah, ya." Cibirnya membuatku menatapnya tajam. Ia menyodorkan sebuah amplop putih padaku, membuatku mengernyit. "Apaan nih?"
"Ya lord! Ini ya titipan pacarmu, lah! Kan tadi dah dibilang aku cuma mau kasih titipan itu bucin!" Kesalnya padaku membuatku tersenyum. "Sorry, Satya. Kirain bohongan." Ucapku sambil berpose dua jari dan menggumamkan 'peace' padanya. Ia menyelentik keningku dan bergumam setelahnya. "Semoga kamu memang bahagianya sama dia, ya." Aku mengerjap sedangkan ia hanya tersenyum dan mengusap puncak kepalaku sebelum berlalu. Menggelengkan kepala, aku menghembuskan nafas gusar. Kenapa aku baru tahu ada orang yang menyukaiku setelah perang satu sampai sepuluh ini?
Ah. Memangnya kalau tahu sebelumnya bakal ngaruh? Mengetuk jari di meja, aku jadi terpikir. Mungkin karena setelah dia bilang akan membuatku jatuh cinta dia benar-benar bersikap seolah kami memang sudah berpacaran sehingga orang-orang yang menyukaiku terpaksa mundur sebelum berjuang dan hanya bisa menyatakan cinta walau tahu tak akan berbalas seperti Kak Yovan maupun memberi kode seperti Satya. Bisa jadi ada orang lain tetapi akhirnya benar-benar menyerah dan tak melakukan apa-apa karena menganggap aku telah memiliki pacar. Dasar licik. Awas saja kalau dia hanya berpura-pura dan mempermainkan perasaanku! Akan ku gorok lehernya jika itu terjadi!
Aku membuka amplop tersebut dan mengeluarkan secarik keras putih dari sana.
Kamu ingat tentang hitung satu sampai sepuluh, kan? Ini sudah hitungan ke sembilan. Besok adalah hari terakhir, hari penentuan. Karena ini dimulai di taman kompleks, maka kita juga akan mengakhirinya disana. Temui aku di ayunan jam empat sore besok. Kalau kamu tidak datang, maka aku akan menganggap kamu meminta hitung ulang.
Dari cogan tertampan,
Pangeran Kecoa Terbang⌛-Satu sampai Sepuluh-⏳
Fyuuuh~
Ku berpikir keras buat ngerjain part ini~
Siapa yang benci hari Senin? Angkat tangannya!
Siapa yang cinta aku? Angkat jemurannya!
//apaansih thor gaje bat lu
Ya mangap saya memang begini orangnya:(
Seperti biasa, ku akan selalu mengingatkan kalian untuk vote dan komen cerita ini cinta-cintaku♡
Oh, ya.
Keep healthy manteman!
See you!
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu sampai Sepuluh [ Completed ]
Teen Fiction"Ga ada princess yang jatuh cinta sama kecoa terbang!" Bantahku lagi membuatnya terkekeh. "Kenapa ga ada? Cerita putri cinta sama pangeran kodok aja ada. Ga ada aturan yang larang percintaan putri sama kecoa, kan? Kamu ga boleh diskriminasi kecoa, d...