BAB 12 | Cobaan yang bertubi-tubi

11 1 0
                                    

"Dar"

Andara menoleh. "Iya?"

"Kayaknya mulai sekarang, kita nggak usah deket-deket lagi deh"

Andara mengernyitkan kening. "kenapa? Kamu beneran benci sama aku ya Ta?"

Antaris mengusap wajahnya kasar, jujur, dirinya sangat frustasi. Di satu sisi, ia masih ingin terus dekat dengan Andara. Tapi di sisi lain, ia tak ingin menambah masalah yang terus-menerus hadir di hidupnya. Laskar, salah satunya.

Bukan, Andara bukan masalahnya, tapi situasi yang menjadi halangannya saat ini. Dirinya tahu jelas, dimana kedudukan dirinya bila dibandingkan dengan Andara. Jelas sangat berbeda jauh.

Perlakuan mama Andara kemarin, membuat Antaris sangat sadar, bahwa orang sepertinya memang tidak seharusnya bersanding dengan putri seperti Andara. Juga Laskar, yang terus memperingatinya berulang kali.

Antaris menggeleng samar. "Aku nggak benci sama kamu, nggak akan pernah benci Dar, tapi..." Pemuda itu menunduk. "Kenyataannya, kita memang nggak pantes untuk bersama Dar"

"Apa yang membuat kamu berpikir kayak gitu Ta?" Tanyanya sendu.

Antaris memberanikan diri untuk menatap manik mata Andara. saat itu, Andara yakin benar, melihat sorot kesedihan yang mendalam, yang berusaha Antaris sampaikan lewat matanya.

"Ta, kamu kenapa sih?"

Andara menghela nafasnya. "Apapun itu, jangan dipikirin lagi Ta, apalagi tentang omongan mama aku kemaren, kamu tau? Aku nggak pernah nyesel deket sama kamu, mungkin, aku bakalan lebih nyesel, kalau sampai nggak pernah ketemu sama kamu Ta"

Tangannya terulur untuk mendekap pemuda dihadapannya, yang segera dibalas erat oleh Antaris.

Sambil mengusap lembut punggung Antaris, Andara mulai menginterogasi. "bilang sama aku, ada apa?"

Antaris mendongak, menerawang jauh tentang kejadian hari itu. Hari dimana ia bertemu dengan Mama Andara.  "Aku kepikiran sama mama kamu Dar, kemaren, aku bener-bener merasa tertampar, omongan mamamu semuanya benar, aku ngerasa kalau kita memang sepertinya nggak seharusnya bersama, mungkin aku terlalu memaksa kamu dari awal, padahal harusnya, kita nggak seharusnya bisa deket gini, jelas kita berbeda."

Andara menghela nafasnya samar. "Jelas kita nggak berbeda" Titah Andara, tangannya masih terus mengusap punggung Antaris, menenangkannya. "aku nggak tau kenapa kamu bisa berpikir kayak gitu, kalau maksud kamu karena berpikir aku kaya atau bagaimana, kamu salah Ta, Tuhan membebaskan hambanya untuk mencintai, asal nggak melupakan kodratnya sebagai manusia. Mencintai nggak butuh kesamaan, nggak harus memaksa untuk yang kaya dengan kaya atau miskin dengan yang miskin"

"Kamu salah tau nggak, kalau mikirin omongan mama kemaren" lanjutnya.

Antaris melepaskan pelukannya perlahan, sambil menatap mata Andara yang nampak meyakinkannya lewat tatapan mata. Yang seolah mengatakan "jangan kamu pikirin lagi ya?"

Antaris menunduk, cukup lama ia di posisi itu, sampai akhirnya ia kembali mengangkat kepalanya, dan tersenyum manis.

Selanjutnya, ia berdiri, dan menawarkan tangannya untuk membantu Andara berdiri.

Jelas saja Andara sambut dan menunjukkan senyum yang tak kalah menawan dari senyum milik Antaris.

Dan akhirnya sore itu, mereka pulang dengan hati yang lapang. Antaris pun begitu, ia sudah tidak memikirkan masalah tadi lagi, entah soal Laskar akan bagaimana.

Tapi yang jelas, ia tidak akan melepaskan gadis baik hati dengan senyum manis ini. Gadis frigus yang juga tepat dihari pertama ia melihatnya, bisa membuat ia jatuh hati begitu saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ANDARISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang