BAB 1 | Gadis yang memiliki senyuman terindah

37 7 0
                                    

"Untuk apa dipertemukan? Jika nantinya perpisahan akan selalu datang?"

*****
Andara pov's

Semua memang bisa kudapatkan dengan mudah hal apapun, apa saja yang kuinginkan akan mudah terwujudkan dengan gampang.

Namun, tidak untuk soal cinta, cinta ini rasanya telah pergi, ribuan harapan bersamanya masih melekat di hati, harapan itu dibawa oleh orang yang sangat ku nanti, berharap bisa menjalani kisah hidup dengannya sehidup semati. Namun, semenjak 1 tahun kepergiannya rasanya tidak perlu lagi untuk merasakan hal kedua kalinya itu terjadi lagi.

Untuk apa, jika nantinya di pertemukan lalu diterbangkan hingga mendadak Tuhan punya kejadian yang diluar dugaan bahwa tidak ada lagi yang bisa dilanjutkan. Pertemuan itu telah berakhir dengan perpisahan yang membuatnya harus pergi ke surga duluan.

Aku melanjutkan hidupku setelah kepergiannya, rasanya ingin sekali ikut dengannya, mewujudkan semua impian itu di surga. Tapi, lagi-lagi kita tidak bisa memaksa kehendak Tuhan, mungkin nantinya ada rencana baik kedepannya.

"Hii... Dar, ngapain bengong sih lu?"
Aku tersadar dari lamunanku karena ucapan seorang yang tengah duduk di sebelah kanan ku. Dia adalah ananta, seorang perempuan dengan wajah yang imut, dengan kepribadian yang jauh berbeda dengan aku, dan dia juga sahabat baik ku, hal apapun semuanya pasti ia ketahui tentang diriku

"Gapapa" elak ku

"Aah kebiasaan nih, gapapa-gapapa padahal ada apa-apa. Jangan bohong dar sama gua" ucap ananta, seraya merapihkan dandanan nya dengan kaca yang hampir tiap hari dibawanya.

Aku mendengus, lalu berdiri "Udah ah, gua mau ke kantin dulu" ucapku.

Ananta memanyunkan bibirnya "Issh... Cuek nya mulai lagi deh, untung sahabat gua kalau enggak..."

"Kalau enggak apa nan? Udah yuk ke kantin!" ucapku, lalu bergegas ke kantin diikuti ananta yang tiba tiba mengikuti ku dari samping.

Setelah sampai di kantin, kita berdua senang sekali karena ini sepi, hanya ada kita berdua, lalu ibu kantin dan seorang lelaki yang tengah menitipkan dagangan sepertinya.

Aku menatap sekeliling kantin, memilih sekiranya apa yang akan aku beli, akhirnya pilihanku jatuh pada warung nasi kuning, selain enak aku juga sangat lapar, akibat bekalku yang tertinggal pagi tadi, "Gua mau nasi kuning"

"Gua juga!"

"Ngikutin gua lu ya?" ucapku, menatap gadis disebelahku yang langsung pergi dan duduk di salah satu tempat duduk yang di sediakan di kantin ini.

Aku menghampiri sahabatku itu, lalu menepuk bahunya dengan tatapan datar
"Udah sana 2 ya!"

Ananta menggelengkan kepalanya "Gantian dong dar, sekarang lu. Kemarin-kemarin kan gua" setelah itu, ia mendorongku menuju warung nasi kuning tersebut.

Dengan kesal, aku melangkah menuju warung nasi kuning tersebut.

"Cantik nya telah hilang, sebab senyuman itu kini kian memudar"

Aku menoleh, menatap sinis pemuda yang mungkin tengah berbicara sendiri itu.

"Ooh, lagi sedang tidak bisa bicara ya gadis yang memiliki senyuman terindah?" Aku menoleh lagi, dalam hati aku bertanya-tanya, 'orang ini sedang berbicara dengan siapa sih?'

Pemuda itu tersenyum misterius, lalu menatapku riang. "siapa lagi kalau bukan kamu?"

Alisku terangkat, orang ini bisa mendengar suara hati? Layaknya peramal tapi ia hanya manusia. Aku berpikir dalam, memikirkan ucapannya tadi, tau dari mana ia aku punya senyuman terindah padahal dari tadi saja aku tidak senyum, apalagi kepadanya. Aku saja tidak pernah tau kalau aku memilikinya. Mungkin ia sedang merayu.

Pemuda itu mengulurkan tangannya padaku. "Yaudah kalau gak mau, gapapa biar aku aja yang mulai bicara. Kenalin, nama aku Antaris yang artinya bintang paling besar yang paling terang, aku di kelas 11 ipa 3. Nama mu siapa? Oh iya aku lupa, kamu kan sedang tidak ingin bicara" pemuda itu berbicara sambil menepuk jidatnya di akhir kata.

Aku menatap tangannya datar, lalu sepersekian detik kemudian, aku melangkahkan kaki menjauhi pemuda itu. Namun aku mendengar sesuatu seperti ia sedang berteriak.

"Aku, akan mencari tahu siapa namamu gadis yang memiliki senyuman terindah!" Ucap pemuda tersebut, seraya tersenyum yakin.

*****

"astaghfirullah Dar, lu ngapain mejeng diatas pohong begitu?" Gemas ananta, melihat temannya yang tidur diatas pohon itu.

Disekolahku ini, memang terdapat taman yang letaknya di samping sekolah. Kebetulan disana terdapat pohon yang cukup rindang. Sangat nyaman karena tempatnya sejuk dan cukup tenang.

Aku belum benar benar tertidur saat itu, namun, sangat malas rasanya menjawab pertanyaan gadis tersebut.

Tuk
Tuk
Tuk

Namun karena ditimpuk kerikil begitu, aku jadi geram padanya, cepat-cepat aku bangun, hingga tanpa sadar aku terpeleset dahan tersebut.

Gedebuk

Seketika, tawa menggelegar terdengar dari temanku itu. 'Sial'

"Lagi ketawa?" Tanyaku, disertai smirk menyebalkan.

Sontak, Ananta menghentikan tawanya, lalu membantuku untuk bangun dengan mengulurkan kedua tangannya "ya maap, reflek gua, lagi daritadi gua tanya nggak jawab-jawab, kualat kan lu!"

Aku hanya menatap sinis kearahnya, namun aku menerima bantuannya itu "yaudah"

"Singkat amat YaAllah, untung temen gua lu dar" ucap Ananta. Baru selangkah aku berjalan, terdengar suara dari arah belakangku "Hai andara"

Sontak aku menoleh, juga dengan Ananta, namun, setelah aku melihat orang tersebut, aku langsung menarik lengan Ananta untuk memberinya kode bahwa kita harus segera pergi dari sini.

"Eh jangan pergi dulu dong dar!"

Aku mengabaikan perkataan tersebut, setelah sampai di dekat kelas kami, Ananta bertanya padaku "Dar dia siapa? Lu kenal dia? Kok dia bisa tau nama lu?"

Saat itu, aku juga bertanya-tanya dalam hati 'mengapa dia bisa tau nama ku? Jangan-jangan dia peramal, aah pasti bukan. Dia hanya peramal dadakan yang mantranya mungkin hanya kebetulan?'

ANDARISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang