Tinggalkan jejak ya dengan cara Voment^^
Kamis, 14 Mei 2020
===
Ara mengiyakan dan segera memesan taksi.
Sekitar lima belas menit, Ara sudah sampai di tempat tujuan. Ara membayar dan turun dari taksi. Ara terkejut melihat seseorang yang ada di depannya.
"Ma, jangan ngagetin bisa gak?!"
"Ara! Kamu itu telat tiga puluh menit! Dari tadi kita semua nungguin kamu, untung aja kamu dateng, kalo enggak? Malu Mama." Ucap mamanya sambil berjalan menuju ballroom dimana semuanya telah berkumpul.
Ara mengikuti di belakang bersama perasaan gugup yang susah dihilangkan. Dia hanya memakai dress pendek tanpa lengan yang membuat semua mata tertuju padanya.
Jelek banget emang ya?
"Kamu dengerin mama gak sih, Ra?"
"Hah? Iya dengerin."
"Emangnya, tadi Mama ngomong apa?"
"Gatau." Ruth berkacak pinggang dan memberhentikan langkahnya lalu menghadap ke anak tunggalnya.
"Untung kamu dateng ke sini cantik, Ra. Kalo enggak udah Mama seret kamu keluar dari sini."
Ara meringis mendengarnya. Kejam sekali.
"Mending sekarang kamu duduk tenang di depan Arthur sekarang."
Ara duduk di bangku kosong dan mengangkat wajahnya. Dia terpesona melihat ciptaan Tuhan di depannya saat ini. Coba aja lo baik, Thur. Gue bakal terima pernikahan ini dengan segenap jiwa, raga, dan semuanya lah pokoknya. Batin Ara
Begitu pula dengan yang ada di depan Ara saat ini. Arthur tidak munafik untuk berkata bahwa Ara malam ini sangat cantik.
Kedua orang tua mereka yang mengurus tentang pertunangan dan acara pernikahannya. Kedua calon hanya diam dan memakan makannya tanpa niat.
"Pertunangannya tiga hari lagi dari sekarang aja, gimana?" Ucapan Mama Arthur--Sephia--membuat Ara dan Arthur tersedak.
"Nah, boleh tuh. Semakin cepat semakin baik." Ruth menyanggupi. Begitu pula dengan Martin dan Rino selaku Papa Ara.
Semua orang disana meninggalkan Ara dan Arthur sendirian dengan alasan 'biar mengenal lebih dekat'.
Padahal yang ada hanya teriakan dan suara gaduh.
"Kak," Panggil Ara.
"Kakak serius bakal lanjutin ini? Lagian kan kita berdua masih remaja, kenapa gak nolak aja." Lanjutnya dengan suara yang halus.
"Gak ada alasan buat gue nolak. Dan jangan terlalu formal sama gue di luar sekolah." Balas Arthur seperti biasa, dingin dan tegas.
Ara merasa kecewa dengan jawaban Arthur. Dia masih ingin bebas, tidak dikekang. Apalagi ketika mereka sudah bersama, Ara akan terus diperlakukan buruk dengan orang yang ada di depannya ini. "KAK, GUE TAU KAKAK ITU BENCI CEWEK! MAKANYA GUE SURUH TOLAK! NGERTI DIKIT KEK JADI COWOK! DASAR GAK PUNYA OTAK."
Satu detik
Dua detik
Ara tersadar. Dia sedang berbicara dengan Arthur Jeano Maxlime. Seseorang yang tidak suka diganggu dan benci terhadap wanita manapun. Tapi mulutnya tak bisa diajak kompromi. Entah apa yang menimpanya setelah ini. Mampus gue.
Arthur mendekat ke arahnya. Ara pun menjauhi Arthur.
Namun, Arthur terus mendekat dan mendekat. Pandangan Ara seolah terkunci oleh pandangan Arthur. Hingga Ara merasa deruan napas Arthur di sekitar wajahnya. Bergerak sedikit saja, akan membuat masalah.
Ara membeku ketika ia merasa benda kenyal dan basah itu mendarat di ujung bibirnya. Itu ciuman pertamanya!
"Menikahlah dengan ku."
---
Arthur turun dari mobil ketika sudah sampai di parkiran sekolah. Hari ini dia berangkat lebih pagi, maka dari itu sekolah masih sepi. Hanya terlihat beberapa mobil dan sepeda motor yang berjajar disana.
Tak lama, kedua temannya menghampiri Arthur dengan senyum yang menawan.
"Tumben lo dateng pagian. Biasanya satu menit sebelum bel baru nih mobil ada di parkiran." Vratelo merangkul Arthur.
"Ya bagus lah. Udah tobat berarti," Samudra menyahut. "by the way, lo nikah kapan? Ga sabar makan gratis gue." Sambungnya.
"Sama, gue juga." Vratelo menyetujui ucapan Samudra.
"Berisik lo berdua. Nanti juga bakal ada undangan, elah." Mereka berdua mengangguk angguk.
"Kok lu mau sih nikah sama Ara?"
"Pengen ngebully." Mereka bertiga mulai beranjak menuju kantin.
"Kasian anak orang. Berhenti ngelakuin itu. Lebih baik lo mulai belajar jatuh cinta sama dia," saran Vratelo.
"Gue sih setuju sama anak curut, Thur. Daripada lo ke makan omongan sendiri ntar."
"Kalian berdua kalo ga suka dengan rencana gue, pergi." Arthur menatap kesal keduanya.
"Ra? Lo kenapa sih?" Suara itu samar samar terdengar oleh ketiganya. Siapa yang berada di kantin di saat bel sudah berbunyi semenit yang lalu? Ketiganya mengernyit bingung.
"Gue tuh kesel sama bocah ingusan yang kemarin ambil first kiss gue. Trus ya, mata panda ini ada karena gue gak bisa tidur gara gara mikirin tuh bocah ingusan. Oh iya, gue masih keliatan cantik kan tapi?"
Mereka bertiga mulai mendekat ke sumber suara. Ketika sudah terpampang jelas itu siapa, Arthur berniat mengerjai Ara dan temannya. Iya, yang berada disana itu Ara.
"Bocah ingusan? Siapa?" Tanya Leory penasaran.
"Ya, lo pikir siapa lagi kalo bukan Arthur jelek itu!"
Sialan! Dirinya dikatai jelek oleh cewek sinting itu. Awas saja!
"Anjir. Lo udah cium dia?" Wajah syok Samudra tepat berada di depannya, membuat Arthur membalas tatapannya dengan tatapan bertanya.
"Bukannya lo risih ya disentuh cewek? Tapi kok, lo duluan yang kebobolan?" Ujar Vratelo.
Arthur hanya berdehem sebagai jawaban. Dirinya malas mengakui bahwa bibir Ara sangat menarik di matanya. Jangan bilang gue tertarik lagi sama tuh cewek? Amit amit, pikirnya.
"Lo berdua samperin mereka dan usir mereka dari sini!"
--
Arthur merasa geram dengan cewek sinting di depannya ini. Pasalnya, saat Vratelo mengusir mereka secara halus mereka menolak. Dan saat Samudra mengusirnya dengan kata kata tegas, Ara menolak dengan alasan Ara calon istri dari dirinya, jadi tidak ada yang boleh mengusir dirinya dan temannya. Kalau tidak salah namanya, Leory.
"Lo mau gue cium di depan mereka? Kalo mau sih silahkan aja disini sepuas yang lo mau." Perkataan itu membuat Ara was was.
"Heh, cumi cumi. Awas ya lo berani ngelakuin hal yang gak senonoh terhadap gue! Emangnya kita disini ganggu elo? Enggak kan!" Ara menopang dada dengan kedua tangannya bermaksud menantang. Walaupun di lubuk hatinya Ara merasa takut setengah mati.
"Gue merasa terganggu dengan kehadiran kalian berdua. Jadi, lebih baik kalian pergi." Usir Arthur.
"Ra, udah kita pergi aja deh. Daripada nyari mati sama raja disini." Leory memegang tangan Ara dan membawanya pergi perlahan.
"Padahal kan sebenernya lo lagi sakit, makanya gue ajak ke kantin buat sarapan. Eh gataunya gaboleh." Leory menghembuskan napas pasrah.
Mendengar itu, Samudra merasa kasihan. Vratelo pun merasakan yang sama. Arthur hanya pura pura memasang wajah tidak peduli.
"Bisa saja dia berbohong kan?" Batin Arthur.
---
Bersambung
Voment y'all
KAMU SEDANG MEMBACA
WANT YOU
Teen Fiction[PLAGIAT DILARANG BACA!!!] Sinopsis: "Gue nyesel pernah kenal cowok kayak lo!" "Dan gue gak bakal lepasin lo, Ra!" Cerita ini murni dari pikiran saya sendiri.