BAB 1

299 28 1
                                    

Mobil Ayahku masuk ke pekarangan rumah di komplek kami, aku duduk di sebelah dari Ayah mengerutkan kening ketika melihat seorang perawat wanita selalu kulihat ketika lewat di depan rumah tetangga komplek kami.

"Ayah, apakah anak Nyonya Locke sudah membaik?" Aku bertanya kepada Ayah.

Ayah melirik ke arah rumah Nyonya Locke, "Sepertinya belum, Nak. Namun aku yakin Tyler bisa lekas sembuh."

Penyakit Tyler tak ada yang tahu, bahkan ketika aku pergi ke luar rumah hanya untuk bermain skater, orang-orang berbicara bahwa mereka penasaran sebenarnya anak Nyonya Locke sakit apa? Sudah 8 bulan Tyler belum sembuh. Aku kadang-kadang merindukan Tyler. Karena hanya dialah temanku ketika sore aku ingin bermain skater di sekitar komplek rumah.

"Semoga." Aku bergumam pelan membalas perkataan Ayah.

Kami telah sampai di depan rumah. Ayah memasukkan mobil ke garasi, setelah itu kami turun dari mobil. Aku terakhir masuk ke dalam rumah, Ayah sedang menerima panggilan di ponsel.

"Nathan, berhenti. Jangan tutup pintunya!" Aku menghentikan pintu yang akan bergerak menutup. Aku mendongak ke depan, Kakak tertuaku sudah kembali tapi tunggu pukul berapa sekarang? Dia seharusnya masih di sekolah. Aku menatap bingung ke arah Kakak perempuanku.

"Bagus, Kawan," kata dia seraya mengacak rambutku. Aku mendengkus dengan memutar mata. Dia masuk ke dalam rumah setelah memberikan senyuman cengiran bodoh.

Aku menutup pintu rumah sambil menatap sekilas ke arah halaman depan rumah. Keningku mengerut dalam. "Kak Grace, temanmu apa memang tidak disuruh masuk?" teriakku. Aku harap suaraku didengar oleh Grace.

Dari dalam rumah Grace menjawab, "Ah? Aku tidak membawa teman, Nath."

Aku memutar kembali pandangan ke arah halaman rumah, letak pagar rumah keluargaku berdiri. Aku menjadi bingung. Perempuan remaja berambut hitam seperti tinta pulpen model lurus, terus menatapku datar dengan wajah pucat dan mengenakan rok lipit melewati lutut. Perempuan itu memutar badan dan pergi melangkah dari tempat itu.

Aku maju, sedikit melebarkan pintu rumah agar terbuka, lalu aku memandang ke arah pergi perempuan tadi. "Cepat sekali pergi. Seharusnya aku bisa melihat punggungnya."

"Nath, ada apa?"

Aku terkesiap mendengar suara seseorang dari belakang punggungku, saat ini orang itu sedang berdiri di sebelah pintu masuk rumah.

"Ayah, kukira siapa. Tidak ada apa-apa."

Aku menjawab pertanyaan Ayah seraya berjalan menuju pintu masuk rumah.

Ayah masih berdiri di sisi pintu yang tadi kuberdiri. Ayah menungguku.

"Ayah, tadi aku melihat seorang perempuan mungkin umurnya seperti Kak Grace," kata aku kepada Ayah. Pintu rumah telah Ayah tutup kemudian.

Salah satu alis Ayahku terangkat, "Jadi, tadi kau di dekat pagar sedang mengobrol dengan seorang perempuan?"

"Tidak sempat. Entahlah, dia cepat menghilang seperti angin."

"Kita lupakan tentang perempuan yang kau lihat. Sekarang pergilah ke kamar tidurmu dan ganti seragammu dengan pakaian rumahan." Ayahku berkata lembut. Aku menggangguk dan lekas naik ke tangga lantai dua yang menuju ke arah kamar tidurku, di sebelah dari kamar tidurku terdapat kamar tidur saudaraku dan saudariku.

Aku membuka pintu kamar tidurku. Membuang ransel ke ranjang tidur dan kemudian aku duduk sisi ranjang. Seekor kucing melompat ke pangkuanku. Aku mengelus kepala kucing jantan, hewan kesayanganku. "Kau sangat merindukanku, yah?"

Aku tersenyum lembut. Mana ada kucing menjawab manusia? Aku menggeleng. "Bode, hari ini aku mengalami hal aneh. Suara berbisik dan perempuan yang menghilang cepat."

Latum Alterum EntityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang