BAB 9

41 8 0
                                    

A/n:
Karena satu dan lain hal Judul Entity dan sampulnya, dirubah, ya!

____________________

Ada banyak pohon berjejer di pinggir jalanan. Beberapa daun di pohon itu kering, ada pun yang sehijau zambrud. Sepanjang menuju jalan pulang, aku melamun, beberapa terpikirkan olehku mengenai urusan di dunia yang belum selesai, ternyata membuat roh seseorang tidak dapat ketenangan adalah urusan belum selesai. Aku tersenyum segaris semenyedihkan, seperti orang yang sangat terluka entah karena apa, sungguh aku tak tahu.

"Nath?"

Aku tersentak dari lamunan yang sesat tadi. Suara di samping kiri membuat lamunanku langsung hilang. "Oh ya. Ada apa, Rumi?" tanyaku pada Rumi.

"Kau kenapa sejak tadi melamun?" tanya Rumi. Aku sejenak melihat ke arah setir sepeda yang sedang kudorong. Kembali aku menatap kepada Rumi dengan gelengan kepala pelan.

"Hanya memikirkan bahwa akhir-akhir ini Bode, kucingku di rumah seperti kurang nafsu makan atau dia sedang sakit?" kataku bohong.

"Yugo sepertinya bisa membantumu. Pamannya seorang Dokter hewan, benarkan aku, Yugo?"

Yugo di sebelah Rumi mengangguk pelan. "Nath, akhir-akhir ini kau aneh," sahut Yugo.

"Aneh? Seperti?"

"Sering melamun. Di kelas pun kau melamun."

Tiba-tiba Rumi berhenti melangkah. "Oke, sekarang, kita akan melewati lapangan kasti. Ya Tuhan, aku sungguh takut."

Suara Rumi yang terdengar berbisik jelas dapat terdengar olehku.

"Rumi, jangan takut. Pokoknya kita harus seperti biasa saja." Yugo di sebelah membalasnya. Tangan Yugo menggenggam satu tangan Rumi.

"Sebenarnya apa yang kalian bisik-bisik? Takut? Apa yang kalian takutkan?" tanyaku pada Rumi lalu Yugo.

"Apa kau belum pernah sekali melewati lapangan kasti di depan yang kira-kira dua puluh langkah kaki dari kita?" Yugo bercetus, tanya.

"Pernah. Tapi ketika aku naik mobil bersama Ayah."

Yugo menghela napas dalam-dalam. "Tadi kau lewat jalan apa, Nathan?"

"Hudson Street yang paling dekat menuju ke rumah Trevor. Apakah ada yang salah?"

"Sudahlah, kita tak perlu membahasnya. Jika kita membicarakan hal-hal menakutkan justru kita bertiga akan takut," jawab Rumi. "Ayo, kita jalan lagi dan jangan melihat ke lapangan kasti itu, apa pun yang mengganggu kalian."

Aku menelan ludah pelan. Tak diragukan lagi, pradugaku mengatakan di lapangan itu pasti ada sesuatu yang menakutkan jika dilihat oleh siapa pun. Aku bersama Rumi dan juga Yugo berjalan dengan kepala melurus ke dapan, mata kami tidak menoleh ke arah mana pun. Semakin kami melangkah, jarak penempuhannya terasa semakin dekat-sangat jelas suara hantaman benda pada di dinding kudengar saat melangkah bersama Rumi dan Yugo di setengah jalan saat lewati bagian lapangan kasti itu hingga membuat jantungku berdegup spontan.

"Nath, aku takut dan ... merinding." Yugo di samping kanan berbisik sangat pelan padaku.

"Pikirkan hal-hal menyenangkan yang pernah kau alami, Go," balasku, sebisa mungkin aku tidak mengeluarkan suara bergetar oleh rasa takut yang kurasakan seperti Yugo.

"Kau sangat beruntung sekali memilih jalur Hudson Street sebagai potongan jalan cepat menuju ke rumah Trevor."

"Kan, jalur Christopher Street yang merupakan ke rumahku berada di antara jalur Hudson Street, hanya butuh berbelok sekali."

"Bisakah kalian mengobrol nanti saja? Semakin kalian megobrol, perjalanan kita terasa lambat!" Rumi ikut menyahut.

Aku bersama Yugo mengangguk pelan.

Latum Alterum EntityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang