BAB 4

96 14 3
                                    

A/n:
Berhubung genre horror. Cerita Entity akan sedikit lama dalam update. Proses kerjanya pun butuh waktu, karena beberapa akan berisi horror urban legend. Stay tune, ya membaca Entity.

Selamat membaca :)

_______________________

Aku bergegas menuju parkiran sepeda setelah jam sekolah selesai. Kuangkat sepeda dan kuletakan di tanah lalu aku menaiki dan kemudian mengayuhnya.

Seiring aku mengayuh sepeda, aku memikirkan apa Suki katakan. Dia ingin meminta tolong padaku. Tapi bagaimana aku bisa mengadaptasikan diri menghadapi hantu-hantu aneh? Hatiku ini mudah goyah karena takut. Bahkan jika Suki mengajakku ke tempat aneh dan menyuruhku untuk berinteraksi dengan hantu, pasti aku akan berpikir keras, dan jawabanku kemungkinan besar adalah tidak, aku akan menolak.

Kuhela napas dalam-dalam dan kakiku masih mengayuh sepeda. Tepat di belokan, aku melihat sebuah papan bertulis: Sosis diskon 66%. Papan itu berdiri di depan toko Chloe.

Rem sepeda segera kutekan. Mataku mengerjap beberapa kali. Kukayuh kembali sepedaku menuju toko tersebut. Utangku pada kakak perempuanku hari ini akan terbayar. Pertama-tama, aku berpikir dulu apa sebelum berangkat ke sekolah aku membawa uang saku?

Aku melamun, menerbangkan pikiranku pada waktu sebelum berangkat sekolah.

Rangkaian waktu sebelum berangkat sekolah:
1. Aku memakan sarapan terburu-buru;
2. Mandi lalu berpakaian seragam;
3. Lalu ada Thomas ketika itu menertawaiku;
4. Tepat di meja belajar, resleting ranselku terbukakah? Ya! Terbuka dan indera penglihatanku merekam ada uang di dalam tasku.

Bagus, apa yang kulakukan ketika 4 jam lalu kuingat dan terdapat uang dalam ranselku.

Kurem sepedaku, dan turun. Kuletakan sepedaku ke dekat dinding toko dalam keadaan bersandar.

Sebelum masuk ke toko, kupindahkan ranselku ke depan dan kubuka, seperti yang kuharapkan. Ada uang koin recehan di dalam ranselku. Senyumku terlukis namun nyaris cepat menghilang. Cepat-cepat kututup ranselku dan lanjut aku berjalan.

Tepat di depan pintu toko, tanganku menyentuh gagang pintu dan detik itu juga ada yang menimpali tanganku. Kepalaku mendongak ke pemilik tangan tersebut. Mataku mengerjap sejenak. Aku melihat pemuda berambut cokelat, memakai jersey pit bull merah dan tersenyum ramah ke arahku.

"Maaf," kataku. Cepat kutarik tanganku.

Pemuda itu hanya tersenyum dan mengerjapkan mata.

"Kau ingin masuk?" tanyaku dengan sopan. Setiap orang lebih tua dariku harus diutamakan untuk dipersilahkan bergerak-ajaran Ayah dan Ibuku seperti itu. Mereka mendidik aku dengan kedua kakakku sangat baik, sehingga kami selalu menerapkan kebiasaan tersebut di mana saja.

Hanya tersenyum lagi, pemuda itu menjawab tatapaku. Aku mengernyit, hal ini sangat aneh. 'Setidaknya pemuda di sebelahku ini menjawab beberapa kata saja.'

"Kau masuk lebih dulu saja." Aku berbicara lagi.

Lagi-lagi tersenyum. Ya sudahlah. Aku lagi tak ingin lama-lama. Jadi, kutatap lagi pemuda ini. "Aku bisa masuk dulu?" tanyaku.

Pemuda ini mengangguk.

Aku memegang kembali gagang pintu, buka dan kudorong. Terdengar bunyi lonceng. Aku mendongak, terdapat bel di atas kepalaku. Kulanjut masuk ke dalam.

Pintu tertutup setelah kumasuk dan aku menoleh ke belakang, "Dia tidak masuk?"

Seorang Kakek di balik sebuah meja sedang membaca koran tidak menyadari kedatanganku. Aku cepat berjalan menuju tempat kakek itu.

Latum Alterum EntityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang