BAB 20

45 5 0
                                    

Ayah menjemputku pulang sekolah. Aku lambaikan tangan ke arah Ayah ketika melihatnya sedang menungguku datang.

Aku berlari lalu menerjang ke dalam pelukan Ayahku. Dia mencium kepalaku sebanyak dari tak pernah kudapatkan.

Sepanjang perjalanan pulang aku bernyanyi mengikuti lagu favorit Ayahku. Band Beatles. Meski kumpulan lagu band Beatles lebih rokeran, aku suka karena penyanyinya menyanyikan setiap lagu penuh semangat.

Ayah memutar setir kemudi menuju pom bensin. Sepertinya sudah seharunya mobil ini butuh energi agar bisa melaju. Aku melihat Ayah mematikan nyala mesin. Dia keluar setelah itu. Dan mulai mengisi bensin pada mobilnya.

Aku berhenti menyanyi, sesuatu terasa melilit di bawah pusatku. Aku ingin buang air seni. Aku keluar dari mobil dan memberitahu Ayah bahwa aku harus ke toilet. Ayah mengangguk.

Cepat aku membuka pintu toilet dan membuang air seniku. Sangat lega rasanya.

Toilet ini bersih, kukira tak terawat. Setelah mencuci tangan, aku mengambil tisu untuk mengeringkan tangan. Aku keluar dari toilet, sesuatu penyambut pendengarku. Aku mendengar suara senandung lirih dari toilet perempuan. Roma buluku meremang. Perlahan, kepalaku berputar menoleh. Keluar seorang perempuan dewasa berpakaian kaus dan celana jin panjang.

Perempuan itu tampak baik-baik. Aku memundurkan kepalaku dan melihat ke sela pintu toilet terbuka sedikit, sepertinya tak ada lebih dari dua orang dalam toilet. Lantas aku mengernyitkan kening.

"Kau melihat apa, bocah?"

"Maaf?"

"Kau tuli?"

"Aku tidak tuli," kataku. "Um, apa hanya Nona dalam toilet itu?"

"Kenapa bocah sepertimu mengatakan pertanyaan seperti itu?"

Aku menghela napas dalam-dalam lalu membuangnya. "Tadi aku mendengar suara senandung lirih dari toilet Nona pakai beberapa menit lalu. Jadi akupikir Nona di dalam sana tidak sendiri."

"Omong kosong apa ini?! Hanya aku seorang di dalam situ. Jangan menakutiku, Bocah Aneh!"

"Aku tidak bermaksud menakuti. Aku mendengarnya, suara senandung lirih itu."

"Nathan!"

Ayah memanggilku. "Kenapa kau lama? Ayah pikir sesuatu terjadi padamu. Ayah sudah selesai mengisi bensin. Ayo, kita pulang."

"Baik." Aku membalas pada Ayah. "Nona, lupakan saja semua yang kukatakan. Maaf membuamu merasa takut. Permisi."

Aku menaiki tangga dan menuju ke kamar tidurku. Pintu tidur kamar Grace di sebelah terbuka. Dia kemungkinan sudah pulang. Namun, itu tidak biasanya dari dia pulang jam sekolah seperti biasanya. Hanya dua alasan masuk akan jika dia cepat pulang sekolah. Pertama adalah sekolah tak memiliki jadwal pelajar tak banyak hari ini, atau dia melalukan bolos sekolah. Kurasa tidak mungkin. Ibu akan marah kalau tahu hal itu.

Tanganku membuka kenop pintu lalu suara ponsel dari kamar tidur Grace berdering. Aku memutar pandang, masih berdering. Kakiku berputar, aku menuju ke kamar Grace.

Tak ada Grace di sana. Lalu mengapa pintu kamar tidur dia terbuka?

"Grace? Grace?" panggilku seraya masuk ke dalam kamar tidur Grace. "Bumi memanggil, Grace."

Aku menyahut lagi sedikit lebih keras suaraku keluar dari mulut.

"Ayolah. Jangan pura-pura tidak mendengar ponselmu, Grace."

Grace belum menjawab. Aku menuju kamar mandi. Pintu kamar mandi terbuka dengan mudah, Grace tak ada di sana. "Astaga! Ponselmu terus berdering Grace!!!" teriakku kesal.

Latum Alterum EntityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang