Rihlah

29 3 4
                                    

Bismillah...
__________________

Yogyakarta, Februari 2019

Pagi Selasa pertama di bulan Februari, satu pekan berlalu begitu saja. Bibi sudah kembali dari kegiatan dinas luarnya.

Hari ini adalah hari yang mendebarkan bagiku, walaupun ini sudah kali kedua aku pergi Rihlah. Moment rihlah memang menjadi momen yang spesial bagi setiap anak rohis disekolah kami. Karena di acara ini akan dilakukan ikrar sumpah jabatan yang artinya sebuah amanah di embankan ke pundak kita.

Sedari tadi malam aku sudah mempersiapkan semua perlengkapan, mulai dari pin tanda pengurus, naskah pelantikan, SK pelantikan dari sekolah hingga P3K seadanya untuk berjaga-jaga. Baju yang hendak ku pakai pun sudah ku setrika semalam.

Walaupun semua barang-barang sudah ku kemas tetap saja rasanya ada yang kurang. Aku berkali-kali mengecek ulang perlengkapan, aku tidak mau terjadi masalah sedikitpun dalam kegiatan ini. setelah mengecek tas untuk kesekian kalinya aku memutuskan untuk segera berangkat kesekolah. Aku pamit kepada bibi. Dirumah ini kami hanya tinggal berdua. Paman meninggal saat karin berumur 10 tahun.

"Bi, awan pergi dulu ya, assalamualaikum bi." ujarku menyalami Bibi.

"Waalaikumsalam, hati-hati dan cepat pulang." balas bibi yang sedang kudapati menonton televisi.

"Iya bi, nanti awan kabari bibi kalau ada apa-apa." jawabku.

Bibi mengangguk. Tampaknya pagi ini suasana hati bibi sedang baik. Aku tersenyum pada bibi dan berlalu pergi.

Aku berjalan ke sekolah setengah berlari, padahal jam masih menunjukkan 6.05 pagi. Aku hanya tidak ingin telat kali ini karna sesampainya disekolah masih ada yang harus ku urus juga beberapa orang yang harus ku hubungi.

Fajar hari ini lebih indah dari biasanya, hawa sejuk menusuk kulit tanganku yang dibungkus handsock itu. Tubuh yang awalnya panas karna langkah yang setengah berlari ini berubah suhu menjadi dingin. Mungkin udara pagi ini tidak ingin keringat menetes dari wajahku.

Aku sampai di gerbang sekolah, tempat yang sudah dijanjikan untuk berkumpul sebelum menaiki mobil sewaan. Ternyata beberapa orang calon rohis sudah ada disana, aku kagum melihat kesungguhan mereka.

Tanpa menunggu lama aku langsung memberikan titah agar beberapa cahis ikhwan untuk mengambil rebana yang disimpan di dalam lemari mushalla. Mereka langsung melaksanakannya. Lalu aku meminta cahis akhwat untuk menghubungi teman-temannya yang belum datang. Sedangkan aku mulai menghubungi teman-temanku dan juga kakak seniorku.

Tak lama berselang waktu Raisa datang diantar oleh papinya. Raisa ikut membantu ku menelpon yang lain.

"Assalamualaikum kak." aku yang sedang mengecek kembali isi tasku menoleh ke sumber suara.

"Waalaikumsalam ca." jawabku. Aku masih mengaduk-aduk isi tasku.

"Kakak cari apa kak?" tanyanya.

Aku menghela nafas kasar, "Sepertinya stempel rohis ketinggalan deh ca, naskah pelantikan belum sempat kakak stempel kemarin." jawabku putus asa.

"Bukannya kemarin kakak kasih sama Ketri ya kak? Kan Ketri kakak suruh membubuhkan stempel sertifikat jabatan kelas 12 kak." ujar Lisa.

"Oiya kakak lupa." jawabku lega.

"Yaudah kak sekarang duduk dulu, dari awal kak datang ca liat kakak berdiri mulu, bentar lagi Ketri sama Viola datang kok kak, barusan dia bilang di grup chat. Kakak udah sarapan?" tanyanya.

Dan iya aku tidak sadar kalau aku belum sarapan, "Belum ca, kamu udah?" balasku.

"Belum juga kak, beli makanan dulu yuk kak, sekalian Ketri dan Viola nyusul kesana, jadi kak bisa langsung stempel dokumen yang di perlukan di warung itu." ajaknya. Aku mengangguk.

About Us Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang