Dissa

18 5 11
                                    

Bismillah..
_______________

Yogyakarta, Maret 2019

Pagi ini adalah hari Selasa pertama dibulan ini, bulan Maret, seperti hari selasa biasanya setiap pagi aku harus datang lebih awal kesekolah untuk piket mushalla.  Rutinitas ini sudah biasa aku lakukan selama setahun belakangan ini, menjadi salah satu anggota organisasi favorit disekolah ku, Rohis.

“Assalamualaikum” ucapku sesampainya dimushalla. Tapi tak seorangpun yang menjawab salamku.

Tentu saja, hanya ada aku dan bayangan ku disini, malah lebih ngeri kalau ada yang menjawab salam ku tiba-tiba.

Aku meletakkan tas ku disudut ruangan dan mengambil sapu untuk mulai menyapu karpet. Saat itu juga seorang gadis berkaca mata datang dan mengucapkan salam.

“Assalamualaikum” kata gadis yang berkaca mata itu.

”Waalaikumsalam” sahutku.
Raisa mengambil sapu dan ikut membantuku menyapu.

"Fah kamu pilih dimana untuk pertukaran pelajaran." tanya Raisa memecah lengang.

"Aku ambil di Aceh sa, kamu?" jawabku sambil mengusap pelipisku. Bersih-bersih di pagi hari kek gini bisa jadi pengganti olahraga juga ternyata.

"Aku ambil di Padang fah, udah lama aku pengen banget kesitu." jawab Raisa.

"Hoo.." jawabku. Raisa tersenyum sebagai balasan.

"Assalamualaikum." Dissa mewakili salam dari Nanda dan Hadi.

"Waalaikumsalam." jawabku. Merekapun ikut membantu bersih-bersih.

"Kalian ngerasa gak?"

"Gak." jawab Hadi memotong omongan Nanda.

"Gua belum selesai nanya udah lu potong, lu dendam apa ama gua?" tanya Nanda miris.

"Eh gak gua bercanda kok." jawab Hadi sambil merangkul Nanda.

"Hmm." gumam Nanda.

"Kalian ngerasa gak?"

"Ga.." "ssst." Hadi langsung menyekap mulut Nanda.

"Lu jangan jawab dulu, gua belum selesai nanya." ujar Hadi. Nanda menurut.

"Kalian ngerasa gak?, kita tu udah satu tahun di rohis, piket bareng, rapat, latihan rebana dan segala macam event rohis lainnya. Waktu terlalu cepat ya" ujar Hadi.

"..." tidak ada jawaban.

"Woii gua nanya!" ujar Hadi sewot.

"Oh jadi tadi tu lu nanya? Gua kirain pidato." balas Nanda.

"Yakali pidato." cetus Hadi kesal.

"Ya habis lu drama banget ngomongnya." Nanda semakin geli melihat wajah kesal Hadi.

"Iya sih, gak terasa ya, kita udah satu tahun sama-sama, ingat gak siapa dulu yang paling sering kena marah sama kak Satya? gara-gara ketawa sembarangan pas rapat." ujar Dissa sambil menatap ke langit-langit. Tampaknya ia membayangkan kejadian itu.

"Iya, sampe bikin orang satu ruangan kaget karna kemurkaan kak Satya." Raisa ikut membayangkan kejadian itu.

Kali ini Nanda yang melongo, karna dia yang diceritakan itu.

"Dahlah kalian pas nyeritain gua aja kalian semangat jawabnya." kesal Nanda.

"Hahah iya, kalian ngapain diam-diaman aja sih? Ada masalah ya" ujar Hadi. Hadi memang cukup dekat dengan kami bertiga. Begitupun Nanda. Jadi mereka tau persis bagaimana kami dulunya.

About Us Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang