(8) Cemas

121 26 2
                                    

.

Sejak malam itu hingga dua hari kemudian tidak terdengar lagi kabar tentang Soobin. Kau jelas saja merasa khawatir, terus-terusan memikirkannya, bahkan neneknya juga tidak bisa kau temui. Sudah dua hari pula tetanggamu itu tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan di unitnya. Membuatmu bertanya-tanya dalam hati, apa nenek pergi? Tetapi, mengapa kau harus memikirkan semua itu? Itu bukan urusanmu. Kau lekas menggeleng.

Lagipula tidak ada hal yang mengharuskanmu untuk terus khawatir dengan kondisi anak itu. Namun kau berpikir lagi, kau menyesal karena tidak sempat meminta nomor ponsel anak itu.

"Bodoh!" rutukmu.

Sumpah kau ingin tahu kondisi anak itu. Apakah dia telah lulus dalam ujian, atau dia sedang berada dimana saat ini? Kau hanya ingin menanyakan itu saja.

Padahal malam itu dia sendiri yang mengatakan akan memasak untukmu. Tapi dua hari setelahnya dia malah menghilang. Kau marah tapi mengapa kau harus marah pada anak kecil? Malah kau sendiri yang terlihat seperti anak kecil, bodoh! Dan hanya karena itu, kau jadi tidak fokus bekerja.

"Y/N, bos memanggilmu!"

"Y/N!"

Kau baru menyadari ada yang memanggilmu, "Ah! Iya. Ada apa?"

"Bos menunggumu di ruangannya sekarang."

"Bb-baik!" Setelah membungkuk, kau pun lekas menuju ruangan pimpinan perusahan tempatmu bekerja, tentunya dengan perasaan yang gusar.

Saat telah tiba di depan ruangannya, kau lekas mengetuk dan membuka pintu. Kau dipersilakan duduk oleh pria tua itu. Ia melihatmu serius. Kau jadi meneguk ludahmu sendiri, takut. Tiba-tiba raut wajahnya berubah, alisnya melengkung sepertinya dia kecewa padamu.

"Kau ada masalah apa, Y/N?"

"A-aku? Aku baik-baik saja, pak."

"Aku tahu kau sedang tidak baik, Y/N. Aku harap kau dapat fokus kedepannya. Karena perusahaan ini tidak membutuhkan karyawan yang tidak fokus bekerja. Kau tidak seperti yang ku kenal dulu. Apa karena kondisi kesehatanmu? Bagaimana kata dokter?"

"Aku baik-baik saja, pak. Aku akan fokus mulai saat ini. Hanya saja ada sedikit masalah kemarin. Tapi itu sudah selesai. Jangan khawatirkan kondisi kesehatanku. Aku baik-baik saja." kau menundukkan kepala berusaha meyakinkan pimpinanmu itu bahwa kau tidak apa-apa.

"Baiklah! Aku akan terus mengawasimu. Tapi, jika masih terus seperti ini... kau tahu sendiri aku tidak akan tinggal diam."

Kau menunduk, "iya, pak!"

"Sekarang kembali bekerja!"

"Baik, pak!"

Kau akhirnya kembali ke meja kerjamu dan menyelesaikan kerjaanmu yang memang telah menumpuk gara-gara memikirkan Soobin dua hari belakangan ini. Kau berusaha untuk tidak memikirkan anak itu dulu agar tidak mempengaruhi karir mu dan kerjaanmu dapat selesai dengan baik.

Saat waktunya istirahat, kau lebih memilih meneruskan kerjaanmu hingga selesai karena akan digunakan presentasi oleh bos mu esok hari saat rapat besar.

Rekan kerjamu yang melihatmu beketja sekeras itu mulai khawatir, ia datang tiba-tiba lalu meletakkan secangkir kopi di meja kerjamu.

"Minumlah dulu! Setidaknya kau harus minum kalau tidak ingin makan siang."

"Ah, terima kasih banyak. Aku sampai lupa minum."

"Kau itu kenapa? Kau bisa curhat padaku tentang masalahmu, siapa tahu aku bisa berikan solusi."

"Tidak apa-apa, kok. Ngomong-ngomong terima kasih kopinya! Ini enak sekali." Kau enggan memberitahu rekan kerjamu itu karena menurutmu itu tidak perlu mereka ketahui. Semua tentang hal pribadimu di kantor ini cukup kau saja yang tahu.

For Noona (Soobin X You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang