(3) Dia peduli padamu

336 43 4
                                    

Kau menatap Soobin curiga. Sesekali kau melirik secara bergantian dua buah kantong belanjaan yang dipegangnya.

"Kau tidak sekolah?" tanyamu, dan hanya mendapat anggukan dari Soobin.

"Kenapa? Kau bolos?" Kali ini Soobin menggeleng.

"Lalu, kenapa kau tidak sekolah?"

"Aku dari sekolah, Noona. Tapi, aku terus khawatir pada Noona. Makanya aku minta izin."

"Kau minta izin ... karena aku?" tanyamu sembari menunjuk dirimu sendiri. Kau sebenarnya tidak menyangka anak itu berani meminta izin hanya karena dirimu, orang yang baru dikenalnya kemarin sore.

Soobin mengangguk lalu tersenyum padamu. "Eum ... Noona, sampai kapan kita akan berdiri di sini? Kakiku mulai pegal," ujarnya.

"Kau belum boleh masuk sebelum memberikan penjelasan," ujarmu sembari merentangkan tanganmu. Bermaksud menghalangi jalan masuk untuk Soobin.

"Jelaskannya di dalam saja, Noona." Soobin memelas, kau pun merasa iba.


- For Noona -


Jadi, di sini lah kau dan Soobin saat ini. Kalian tengah membongkar belanjaan Soobin di atas meja dapurmu. Terlihat sangat berantakan sih, tetapi kamu dengan telaten memilah-milah isinya.

Ada sayur-mayur juga buah-buahan, susu, daging, dan beberapa cemilan. Kau merasa senang karena di berikan hadiah sebanyak itu, di saat kau benar-benar membutuhkannya. Namun di sisi lain kau juga merasa tidak enak hati untuk menerima pemberian pria yang lebih muda darimu. Lebih tepatnya dia bukan pria, melainkan seorang pelajar yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama.

Kau jadi berpikir, dari mana dia mendapatkan uang untuk belanja sebanyak ini?

"Soobin ... "

"Heum?" yang di panggil menoleh padamu dengan polosnya.

"Jelaskan padaku sekarang!"

"Apanya?"

"Semuanya!"

Soobin pun menarik kursi dan mempersilakanmu untuk duduk terlebih dahulu. Kau menurut saja sembari memfokuskan atensimu pada wajahnya yang terlihat serius. Anak itu juga menarik kursi, lalu duduk berhadapan denganmu.

"Kenapa kau bisa diberi izin oleh gurumu, heum?" Kau mulai bertanya lagi.

"Aku bilang pada guru, kalau kakakku sedang sakit."

"Hanya itu?"

"Heum." Soobin mengangguk, mengiyakan omongannya.

"Masa hanya dengan alasan seperti itu kau bisa diberi izin? Aku tidak percaya." Kau melipat kedua tangan di bawah dadamu, memberi penekanan di setiap ucapanmu. Berharap Soobin memberi penjelasan yang lebih dari itu.

"Aku juga bilang pada guru, kalau kakakku sangat membutuhkan bantuanku untuk merawatnya seharian. Karena dia hanya tinggal sendirian di rumah," jelas Soobin sembari memandangimu dengan intens.

Sama sepertimu, dia juga memberi penekanan pada kata-katanya. Terutama pada kalimat terakhir yang diucapkannya.

Kau mengerti, kau memang sendirian. Tetapi kau bukanlah orang yang selalu mengharapkan bantuan orang lain. Selagi kau bisa melakukannya sendiri, kenapa harus meminta bantuan orang lain? Pikirmu.

For Noona (Soobin X You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang