(10) Tentang perasaanmu

128 26 3
                                    


"Siapa kau?"

Wanita yang bertanya padamu itu sedang menatapmu menunggu jawaban. Jelas terlihat dari raut wajahnya kalau dia tidak menyukaimu ditambah lagi dengan cara masukmu ke dalam ruangan itu, bisa dibilang itu kurang sopan. Kau jadi khawatir.

"Maaf~ Aku tidak sengaja." Kau lekas membungkuk di hadapan wanita tua itu memohon maaf, mencoba mengambil hatinya. Kau tahu dia sedang marah dan kau tidak mau menambah kemarahannya dengan kehadiranmu yang kurang sopan itu.

"Aku pikir dia kerabat nyonya," ujar perawat yang hendak menyuntik Soobin.

Wanita itu hanya diam dan masih menatapmu dari ujung kepala hingga unjung kakimu, membuatmu merasa tidak nyaman karena terus diperhatikan seperti itu.

"Tidak sengaja? Apa kau menguping pembicaraan kami?"

Kau hanya diam membisu, tidak ingin menambah masalah. Jari-jemarimu saling bertautan. Kau mencoba menahan perasaanmu untuk tidak bicara agar wanita itu tidak bertambah marah padamu.

"Jelas-jelas kau menguping pembicaraan kami. Kau tahu kalau itu tidak sopan, bukan? Tidak sepantasnya wanita sepertimu bertindak seperti itu."

Kini Soobin menatapmu, merasa ingin meluruskan kesalapahaman itu, namun lebih dulu meringis karena merasakan pedisnya suntikan di lengannya. Kemudian wanita itu melanjutkan ucapannya.

"Tapi karena kau sudah minta maaf, aku akan memaafkanmu. Sekarang jelaskan apa tujuanmu!" wanita itu kini memintamu untuk menjelaskan semuanya. Tapi syukurlah dia telah memaafkanmu.

"Aku tidak sengaja melihat Soobin-" penjelasanmu belum usai, namun wanita itu maju selangkah mendekatimu dengan rasa penasarannya.

"Soobin? Kau kenal anakku Soobin? Apa hubunganmu dengan anakku Soobin?"

Melihat sikap ibunya yang mulai menakutkan membuat Soobin angkat bicara,

"Ibu! Dia tetangga nenek." Ibunya menoleh, mendapati Soobin yang sedang dibantu duduk tegap oleh teman perempuannya yang bernama Mei.

"Tetangga nenek?" wanita itu berpikir sejenak lalu raut wajahnya berubah tenang, lebih menyenangkan dipandang dibandingkan saat marah-marah seperti tadi, "Oh... jadi maksud kedatanganmu kemari untuk menjenguk anakku Soobin? Kenapa tidak langsung ketuk pintunya? Kalau seperti itu aku jadi salah paham kan." wanita itu tersenyum, akhirnya kau dapat bernapas lega.

"Silakan duduk dulu!" Kau terheran-heran dengan perubahan sikap ibu Soobin. Kau pun duduk mengikuti intruksinya. 

Kau yang merasa tidak enak dengan kehadiranmu yang kurang menyenangkan itu akhirnya menjelaskan yang sebenarnya terjadi, "Sebenarnya temanku sedang sakit. Eum... Dia ada di ruang sebelah. Aku hanya ingin keluar sebentar mencari angin tapi aku mendengar suara Soobin. Maafkan aku karena sempat menguping pembicaraan kalian! Jadi, aku sama sekali tidak tahu kalau Soobin sedang sakit. Melihatnya seperti ini aku turut prihatin," jelasmu panjang lebar.

"Begitu rupanya. Kalau boleh tahu, sedekat apa kau dengan Soobin?"

"Eoh?" Kau terheran kembali dengan pertanyaan ibu Soobin barusan.

"Aku hanya... Aku dan Soobin hanya..." jujur kau bingung harus menjawab apa mengingat perasaan Soobin kepadamu juga perasaanmu pada Soobin yang kau sendiri sedang mempertanyakannya.

"Dia sudah seperti kakak perempuan bagiku, bu." Soobin tiba-tiba berucap.

Kau mengangguk membenarkan pernyataan Soobin barusan dan ibu nya mulai beranjak dari duduknya. Ia menatapmu yang masih duduk di sana lalu mengajakmu pergi bersamanya.

"Soobin, ibu akan bicara padanya sebentar. Tunggu di sini! Dan kau, sebaiknya kau pulang!" ujarnya sembari melayangkan tatapan sinis pada Mei, gadis yang masih setia menemani Soobin di samping ranjang itu.

For Noona (Soobin X You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang