(6) Ya, Cemburu.

212 31 2
                                    

Berarti masih ada kesempatan untukku

Ucapan Soobin tadi terus tengiang-ngiang ditelingamu padahal anak itu sudah pergi sejak dua jam yang lalu. Ya. Kau sendirian lagi di unitmu. Kau tidak bisa tidur karena memikirkan Soobin. Jangan bilang kalau kau sudah jadi suka padanya juga. Mungkin peryataannya lebih tepat jika, 'jangan bohongi perasaanmu'.

Kau merebahkan tubuhmu yang sudah sangat lelah ke ranjang empuk kesayanganmu. Bantal yang berada di sebelahmupun kau tarik ke dalam pelukanmu. Kau menutup mata, ada sedikit senyuman di bibiirmu ketika mengingat kata-kata Soobin. Anak itu belum lulus sekolah, dan jangan bilang kau juga menyukainya. Tidak-tidak, kau tidak boleh menyukainya, kau menggeleng.

Beberapa saat kemudian muncul satu pesan dari mantan kekasihmu, 'mantan' begitu kau menyimpan nomornya sejak hari itu. Kau membaca pesan darinya dan tiba-tiba saja kau tersenyum. Apa dia benar-benar mantan. Atau dia lupa kalau sudah jadi mantan?

-mantan-

"Sayang, selamat tidur! Jangan lupa mimpikan aku."

Kemudian menyusul satu pesan lainnya ...

-mantan-

"Maaf. Aku salah kirim."

Tiba-tiba terlintas di benakmu, apakah itu pesan untuk Ren? Kau lekas membalik ponselmu malas. Rasanya menutup mata dan bermesraan dengan bantalmu itu lebih baik daripada harus bermain ponsel di tengah malam. Lagipula hal itu lebih bermanfaat buat kesehatanmu.

"Uhuk-uhuk-uhuk, kenapa aku jadi batuk begini sih?" ujarmu saat kau merasa lehermu gatal. Padahal tadi kau sudah merasa baikkan dari sakitmu, tiba-tiba muncul penyakit baru atau apa? Pikiranmu mulai kacau. Kau lekas menuju dapur lalu menuang air dari cerek merah itu untuk kau minum.

Kau pikir kau sudah sembuh, tapi ternyata belum. Pneumoniamu itu... apakah bertambah parah?

-For Noona-

"Kau hanya batuk biasa, kok. Karena istirahat yang cukup, sekarang kau sudah sembuh. Tapi, akan kuberikan obat batuk untukmu."

"Terima kasih, Dokter. Aku pikir pneumonianya bertambah parah." legamu.

"Kau hanya mengalami pneumonia biasa. Makanya agar tidak menjadi serius, kusarankan kau rehat dua minggu. Syukurlah kau melakukannya. Ini resepnya! Minum yang rutin agar kau sembuh dari batukmu."

"Terima kasih, Dokter." Kau membungkuk, lalu segera beranjak dari ruangan steril itu menuju tempat pengambilan obat.

Di sana kau mengantri. Ada beberapa orang sebelum kau bisa mengambil obatmu. Ketika kau selesai dan hendak kembali kau terkejut karena berpapasan dengan Ren. Bukan, lebih tepat kalau dibilang Ren lah yang terkejut.

"Ren?"

"Ah, Y/N? Kau- juga di sini?" Matanya membola, pergerakan gadis itu seperti sedang menyembunyikan sesuatu darimu.

Kau jelas curiga karena gadis itu menyembunyikan sesuatu di balik badannya.

"Kau sakit Ren?" tanyamu hati-hati.

"Bu-bukan aku. Tapi... tapi... ah, Y/N bagaimana dengan kondisi kesehatanmu?"

Jelas, yang kau pikirkan pasti benar. Kau sangat tahu tingkah Ren ketika menyembunyikan sesuatu. Bagaimana tidak, kau adalah sahabatnya sejak lama.

Tapi, kau memilih untuk tidak usah mencampuri urusan Ren.

"Aku sudah baikkan. Hanya ada sedikit masalah dengan batuk, uhuk-uhuk," jawabmu.

For Noona (Soobin X You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang