(1) Awal dari keputusasaanmu

719 55 0
                                    


🥀

Kau adalah seorang pegawai kantoran. Setiap hari kau bergelut dengan beberapa berkas yang membuat kepalamu sedikit pusing. Hari ini kau mengambil cuti karena kondisi kesehatanmu yang mulai menurun.

Semalam kau sempat ke dokter untuk periksa, dan dokter menyarankanmu agar beristirahat selama seminggu. Untungnya bosmu bersikap empati terhadapmu. Bahkan ia memberimu kesempatan untuk memulihkan kesehatanmu selama dua minggu. Tetapi kau menolaknya, dengan alasan tidak enak dan tidak ingin mangkir dari kewajibanmu sebagai bawahannya.

Hari ini kau sendirian di apartemen kecil milikmu. Kau flu, itu sudah biasa. Namun ada penyakit lain yang kau derita. Kau menderita pneumonia, yaitu infeksi atau peradangan di paru-paru yang harus membuatmu beristirahat selama seminggu. Mungkin karena daya tahan tubuhmu yang lemah, sementara kerjaan di kantor akhir-akhir ini semakin menumpuk.

Saat ini kau sedang duduk di kursi ruang tengah. Kau tidak sanggup walaupun hanya untuk bergerak kesana-kemari, padahal kondisi rumahmu masih belum bersih. Kau tidak bisa mebiarkan hal itu terjadi karena kau sedang sakit. Dan karena kau sedang sakit, kau merasa lemah untuk menggerakkan tubuhmu.

Kau tinggal seorang diri di apartemenmu. Kau juga tidak punya siapa-siapa selain temanmu. Biasanya dia sering berkunjung ke apartemenmu, tetapi sudah tiga hari dia tidak mengunjungimu.

Namanya Ren, kau dan dia sudah berteman sejak berada di sekolah menengah atas. Mungkin Ren sedang sibuk dengan urusan kantornya. Oleh karena itu, kau merasa tidak perlu untuk memberitahu Ren tentang kondisi kesehatanmu.

Karena kau sudah merasa sangat risih dengan kondisi rumahmu yang berantakan, kau pun berdiri dan hendak mengamit beberapa sampah botol bekas minummu semalam. Di saat kau mulai berdiri, ponselmu berdering. Kau pun lekas mengamit benda kesayanganmu itu dengan ekspresi wajah yang berubah bahagia.

Kau tau itu panggilan masuk dari kekasihmu, olehnya kau tersenyum seperti mendapatkan semangat dari pujaan hatimu.

"Halo oppa!" ujarmu dengan senyuman lebar bibirmu.

"Kau ingin mengatakan apa?"

"Kau akan menikah? Apa maksudmu ... kita yang akan menikah?" Kau masih tersenyum.

Kau tersenyum, karena merasa senang akhirnya kekasihmu membahas tentang pernikahan. Hal yang kau tunggu-tunggu selama kau menjalin hubungan dengannya.

"Bukan?" Kini ekspresi bahagiamu berubah. Kau heran.

"Dengan Ren?"

Tiba-tiba kau menjatuhkan ponselmu ke lantai. Kau pun turut menjatuhkan dirimu untuk kembali duduk di kursi ruang tengah. Dengan perasaan sakit dan keadaan lemahmu kau pun menangis mengingat semua ucapan kekasihmu di telpon.

Kau belum menutup panggilan dari kekasihmu, sehingga kau masih bisa mendengar suaranya memanggil-manggil namamu walaupun sama-samar. Kau tidak ingin bicara kepadanya. Kau lebih memilih meringkuk sambil menangis di sudut kursi, meluapkan semua perasaan sakitmu. Hingga akhirnya panggilan dari kekasihmu berakhir.

- For Noona -

Keesokan harinya kau terbangun dengan kedua mata yang sembab karena semalam kau terus meneteskan air matamu, tidak mau mengangkat panggilan dari siapapun, juga tidak mau membukakan pintu ketika Ren datang ke apartemenmu. Kau juga enggan membaca pesan darinya. Bagimu Ren tidak lebih dari seorang penghianat.

Sudah dua hari kau beristirahat. Bukannya merasa baikkan, kau malah merasa tubuhmu bertambah lemah. Apalagi dengan kondisi hatimu yang sedang terluka. Kau pun memutuskan untuk menonton siaran televisi. Karena sekarang masih pagi, kau memutuskan untuk menonton berita pagi.

For Noona (Soobin X You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang