(7) Aku suka Noona

238 34 4
                                    

Kau masih saja terisak di dalam toilet wanita itu. Walau sudah berkali-kali para pengunjung restoran bergantian masuk ke sana, kau enggan untuk keluar dari sana. Matamu sampai bengkak. Sore pun telah berganti malam. Kau baru sadar itu ketika melihat jam ditanganmu.

Kau merasa sudah terlalu lama berada di dalam toilet, hingga memutuskan untuk keluar dan betapa terkejutnya kau ketika mendengar seruan dari seseorang.

"Noona~"

Kau sampai lupa kalau ada Soobin yang ikut bersamau ke restoran ini. Kau berbalik dan melihatnya yang begitu cemas memandangimu dari sana. Di dinding itu dia bersandar melipat lengan, kemudian akhirnya berjalan menghampirimu.

Keadaanmu saat itu benar-benar kacau. Hanya mengenakan pakaian rumahan, mata bengkak karena terus menangis. Bisa-bisa orang-orang yang lewat menyangkamu sebagai orang gila. Tanpa aba-aba Soobin meraih telapak tanganmu dan membawamu pergi mengikutinya. Kau hanya bisa menurut lagi. 

Saat kalian sudah berada di luar restoran. Kau kaget melihat hari sudah gelap. Cuacanya tiba-tiba menjadi dingin dan mulai menusuk sampai ke tulang. Tanpa mantel, kau pun kedinginan. Melihatmu kedinginan, Soobin melepas jaketnya untukmu.

Kau terkejut saat anak itu membuat jaketnya menyelimuti tubuhmu yang kedinginan. Kau pun mendongak menatapnya. Anak itu tidak melihatmu tetapi lebih memilih mengalihkan pandangannya darimu. Tangannya yang kekar berayun menahan taxi yang lewat. Kau dan Soobin akhirnya berada di dalam taxi dan tubuhmu mulai menghangat. Kau melepas jaketnya dan mengembalikannya pada Soobin.

"Pakai saja, Noona."

"Heum..." Kau tidak jadi mengembalikannya. Akhirnya kau memakai jaket itu lagi.

"Soobin aku... aku tidak ingin pulang."

Soobin berbalik menatapmu, dan kau malah memperlihatkan air matamu padanya. Cengeng sekali kau, batinmu merutuki diri sendiri.

Disini lah kalian berdua saat ini. Di taman bermain yang sudah usang. Tiba-tiba saja kalian melihat ada taman bermain dan kau menghentikan taxinya. Soobin menurut saja dan mengikutimu. Dia masih memegang pesan neneknya untuk tetap menjagamu. Baik sekali pikirmu. 

Kau dan Soobin masih berjalan-jalan kecil di sana. Kau pun menendang kerikil yang ada di depanmu, meluapkan kekesalanmu pada kerikil kecil yang tak bersalah itu. Lalu kau berlari meraih tali ayunan setelah kau melihat ada ayunan yang masih bisa digunakan di sana. Kau langsung duduk, mengistirahatkan dirimu di sana. Mencoba menenangkan hatimu, tetapi di pikiranmu masih saja mengingat perkataan Namjoon pada Ren. 

Apa Ren... hamil? Kau terus saja memikirkan hal itu. Kau segera menggeleng,  berusaha menyingkirkan pikiran kotor itu dari kepalamu. Soobin pun datang dan mengambil tempat di ayunan sebelahmu. Masih melihatmu sambil diam di sana.

"Hari ini aku pasti terlihat jelek sekali." Kau terkekeh, meremehkan dirimu.

"Tidak, kok. Noona cantik."

"Heh.. jangan menghinaku seperti itu. Katakan saja yang sebenarnya."

"Bagiku Noona tetaplah yang tercantik."

Kau tertawa dalam kesedihan. Kalau aku cantik, mengapa Namjoon meninggalkanku? Pikirmu. Tetapi bukankah cantik tidak bisa menjadi ukuran seseorang bisa meninggalkanmu atau tidak? Kecuali untuk sebagian orang yang dibutakan akan kecantikan.

Namjoon itu, meninggalkanmu karena lebih menuruti permintaan orang tuanya. Bukankah dia anak yang berbakti. Tetapi apa dengan kehamilan Ren sampai meninggalkanmu, Namjoon masih bisa dikatakan anak yang berbakti kepada orang tuanya? Jelas-jelas pria itu selingkuh darimu. Dia selingkuh darimu, dengan sahabat baikmu sendiri.

For Noona (Soobin X You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang