i

94 25 0
                                    


Waktu itu langit gelap, gerimis sudah menyambut kepulangan Kevin dari sekolah saat sore hari.

Laki-laki itu nekat menerjang hujan demi memberikan adiknya hadiah ulang tahun yang terlambat tiga minggu.

Netranya menangkap keadaan rumahnya tidak baik-baik saja. Pagar rumahnya ambruk, padahal terbuat dari kayu yang amat kuat. Pintu rumahnya terbuka lebar.

Kevin berlari melewati deretan mobil yang terparkir sembarangan disekitar rumahnya. Ia masuk dari pintu rumah yang ternyata telah dibuka paksa dan menyisakan bekas gesekan disana sini.

"Ema?"

Ia memanggil adiknya yang biasa dirumah sendirian.

"Mama?"

Hening.

"Papa?"

Buket bunga mawar putih yang ia genggam sedari tadi mendadak terlepas dari tangan pemuda blasteran itu.

"E-ema?!!"

Ia berlari menuju adiknya yang terduduk lemas dipojok ruangan. Tubuhnya bergetar hebat dan terus menangis bisu.

"Kamu baik-baik aja?" Tanya Kevin berusaha membuang pikiran buruknya. "Mama mana?" Tanyanya lagi.

Gadis berusia empat belas tahun itu menggeleng pelan. Jarinya menunjuk lemari besar tempat menyimpan barang-barang keramik kesukaan Mamanya.

Kevin mengernyit bingung namun tetap berdiri dan hendak membuka lemari besar itu.

"J-jangan-" kata adiknya.

Terlambat, pintu lemari yang kokoh itu sudah terbuka lebar dan menampakkan isi didalamnya.

Kevin tak sempat untuk terkejut, menghindar atau bahkan untuk menarik napas.

Tubuhnya seakan kehilangan sendinya ketika kedua sosok tak bernyawa itu menerjang jatuh kearahnya.

Bersamaan dengan itu jerit adiknya membuatnya terpejam.



Kevin menutup mata. Bau anyir memenuhi ruangan.

Lamat-lamat ia mendengar derap langkah pelan dibelakangnya.












"Long time no see, Kevin."

[viii] Runaway - Kevin Moon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang