viii

57 22 0
                                    

Pemuda itu menyalami Paman minimarket yang baik itu dengan semangat lalu berlari pergi dari kantor polisi untuk menemui adiknya.

Langit sore menyambutnya ketika Kevin sampai di gang tempat ia melihat adiknya terakhir kali sebelum menyatakan akan menggantikan adiknya untuk di bawa ke kantor polisi.



"Ema?"

Pemuda berambut kemerahan itu berjalan menyusuri jalan menuju gang kecil itu.


Matanya memanas, berpuluh-puluh bulir air mata siap tumpah saat itu juga.

Ema menghilang. Almamater yang gadis itu gunakan masih disana, dengan kondisi sobek sana-sini.

Kevin terjatuh. Berusaha menahan agar kesadarannya tetap terjaga.

Bau anyir menusuk hidungnya. Cairan kental kemerahan itu membuat corak pada almamater kebanggaannya yang lusuh.




Ema menghilang, gadis itu dibunuh para preman yang mungkin sedang bernapsu membunuhnya juga.

***

Kevin bagai orang kehilangan kewarasannya setelah adiknya menghilang. Ia bahkan tidak peduli dengan para preman itu yang mungkin mengetahui keberadaannya dan berniat membunuhnya juga.

Kevin sebatang kara sekarang. Maka nyawanya sekarang juga tidak penting.

Pemuda tampan itu terduduk dibawah penerangan lampu jalan dan bulan yang bertengger terang diatas sana. Rambutnya berantakan, bajunya kotor dan sobek.

Sekujur tubuhnya perih, demikian juga hatinya.

Air mata mengalir dengan derasnya membasahi kedua pipinya.

Kevin tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Ia merasa.. hampa.

Perutnya berbunyi untuk kesekian kalinya. Mengingat ia terakhir makan kemarin siang disekolahnya. Uang disaku celananya menghilang entah kemana.

"Kamu mau?"

Sebuah tangan terulur didepannya. Menyodorkan sepotong roti dengan air mineral.

Kevin mengambil keduanya dan berucap terima kasih dengan lirih.

"Kamu tinggal dimana?" Pemuda itu duduk disebelah Kevin tanpa jijik.

Berbeda dengan orang-orang yang lain yang melihatnya sudah berjalan cepat-cepat menghindarinya.

"Nggak tau," jawab Kevin pelan disela-sela kunyahannya.

Terbesit ingatan bagaimana kondisi adiknya yang masih lapar ketika berhadapan dengan preman sadis itu.

Lagi, airmatanya menetes dari pelupuk matanya.

Pemuda disebelahnya menepuk- nepuk bahunya dengan pelan, kemudian berucap pelan.




















"Kalau kamu mau, kamu bisa tinggal sama saya dan adik-adik saya sekarang."

[viii] Runaway - Kevin Moon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang