3. Girls Time

54 20 21
                                    

Istirahat kedua Rista menghabiskan waktunya dengan mengobrol ria bersama dua sahabatnya. Tak banyak orang yang dikenalnya hari ini. Hanya teman sebangku, dan beberapa guru. Dan itu tidak penting baginya.

Kini Rista mengemasi buku bukunya ke dalam tas karena pelajaran baru saja berakhir. Berbincang sebentar dengan teman sebangkunya dan keluar dari kelas. Rista melihat ke sebrang-dimana gedung kedua sahabatnya berada. Ia berpikir akan tak masalah jika harus kesana lewat koridor penghubung saja. Maka Rista tak perlu susah payah naik turun tangga. Itu melelahkan.

Sembari memperhatikan ruangan demi ruangan yang ia lewati Rista bersenandung ria, tak lupa menebar senyum ke setiap orang yang dipandangnya. Salah satu kegemarannya adalah tersenyum. Bukan untuk pamer senyum manis tetapi karena ia murah senyum.

Belokan gedung telah ia lewati, dan sekarang ia berada di koridor kelas sebelas Mipa. Tadi Rista sempat menanyakan kelas Renita dan Aprilia. Mereka menempati kelas yang bersebelahan. Sebelas Mipa-2 dan-3. Ternyata kelas mereka baru saja keluar.

Rista mencari-cari keberadaan sahabatnya itu. Namun pandangannya lagi lagi dengan lancangnya menangkap pemandangan yang sungguh membahana. Cowok tadi. Cowok itu keluar dari kelas sebelas Mipa-2 dengan tas yang ia sampirkan di sebelah pundak. Ia nampak berbincang ringan dengan dua orang temannya lagi. Ketiga cowok itu sungguh memiliki paras yang mengagumkan. Seolah mereka diciptakan lewat kata istimewa.

Tak mau kehilangan kesempatan, Rista dengan nekatnya menghadang jalan ketiga cowok itu. Mereka yang sedang asyik tertawa tiba-tiba tawanya terhenti akibat kehadiran Rista di hadapannya.

Salah satu cowok dengan jaket levis dan kaca mata hitam itu berseru. "Eh cantik." Ia mengangkat kaca matanya dan mengedipkan matanya sebelah kaarah Rista.

Agak ngeri, tapi tujuan Rista hanya satu. Mengetahui nama orang yang membuatnya jatuh dalam sekali tatap. Rista mengulurkan tangannya di depan cowok yang berada di posisi tengah. "Kenalin, aku Arista Alquata. Panggil aja Rista, atau sayang juga boleh," ucapnya tanpa gentar.

Cowok itu memandang tak minat ke arah tangan putih yang terjulur itu. "Abram," balasnya singkat tanpa membalas uluran tangan itu.

Kedua temannya yang lain menghela nafas jengah. "Woi anak konda! Ini ada neng cantik kok malah di cuekin gitu sih! Gak berperasaan!" Cowok berkaca mata hitam tadi mendumel.

"Lah yang berperasaan kek mana Ngga?" tanya cowok satunya lagi.

Rista hanya diam memperhatikan tangannya yang tergantung tanpa balasan. Belum sempat ia menarik kembali tangannya, tangan lain menyerobot masuk ke sela sela telapak tangan mungil Rista.

"Gini nih, oh nama lo Rista. Kenalin gue Angga. Angga Rasmana. Kalau orang lain bilang nice to meet you, gue bilang i love you," ucapnya sambil menggerling.

Abram memutar bola matanya jengah. Sedangkan cowok satunya mulai beraksi.

"Heh kelamaan! Nanti Sampek rumah jangan lupa lo cuci tangan pakai disinfektan biar virusnya gak nempel" cowok berkumis tipis ini tertawa pelan tanpa perduli Angga yang sudah mendengus kesal.

"Loh, jangan jangan kamu ODP lagi!" Sontak Rista menarik tangannya cepat. Ia mengusap telapak tangannya kearah rok abu abunya.

"Emangnya gue terinfeksi gitu? Hello ya nggak lah tangan gue itu hirigienis!" sangkal Angga tak terima.

"Higienis bego!" Cowok berkumis tadi meralat. "Eh kenalin juga nama gue Jackson, panggil aja Jack." Rista hanya mengangguk dan beralih menatap objek sasarannya.

"Bodoh!" Kata kasar ini meluncur halus dari mulut Abram. Ia berjalan melewati Rista begitu saja. Raut wajahnya terbilang biasa saja. Tapi ketampanannya yang luar biasa.

Broken Heart! || On Going!.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang