Seorang gadis berusia 17 tahun. Dengan postur tubuh semampai, kulit putih langsat nya nampak bercahaya terkena pantulan sinar mentari pagi. Dengan setelan kemeja putih yang terdapat logo OSIS di bagian sakunya, serta dipadukan dengan rok abu-abu lipit 10 cm di atas lutut.
Memutar tubuhnya didepan kaca besar yang menampilkan pantulan dirinya dari bawah sampai atas. Tersenyum cerah melihat tampilannya yang sangat cantik tapi terkesan natural. Dipadukan dengan sepatu sneaker putih cerah dan bandana yang sepadan di rambut sebahu yang ia gerai. Cute!
"Sayang? Ayo sarapan dulu! Nanti telat!"
Suara teriakan yang tak merdu itu menggema dari luar kamar sang gadis.
"IYA MA! SEBENTAR!" jawab gadis itu. Ia beranjak memeriksa tas ransel ber merk jansport nya. Setelah dipastikan semua lengkap, gadis itu melangkah keluar dari kamar. Kamarnya terletak di lantai dua. Dari atas tangga ia sudah bisa melihat orang tuanya di meja makan. Dangan wajah sumringah gadis itu menuruni tangga dan mengecup pipi kedua orang tuanya.
"Pagi Ma ... pagi Pa ...."
"Pagi sayang."
Gadis itu mengambil kursi di samping ayahnya berhadapan tepat dengan ibunya. Tetap dengan senyumnya ia mengambil sandwich dan memakannya lahap. Ayah dan ibunya hanya menggelengkan kepala pelan memaklumi sifat anaknya yang kekanakan.
"Makannya pelan-pelan dong! Nanti keselek," tegur sang ibu. Yang tidak dipedulikan oleh gadis itu. Ia tetap mengunyah sarapannya dengan mulut penuh.
"Gwpwapw mw udw mw tlwt inw." Gadis itu berbicara dengan mulut yang sibuk mengunyah.
"Rista kalo makan jangan sambil ngomong, gak sopan," kini giliran Jims selaku ayah gadis yang bernama Rista itu menegur putrinya.
Rista menelan makanannya, dengan sigap Rose—Ibunya memberikan segelas air putih untuknya minum. Rista hanya tersenyum menanggapinya. Ia meneguk air itu hingga setengah dan meletakkan kembali gelasnya.
"Pa? Berangkat yuk," ajaknya pada Jims.
"Masih pagi sayang."
"Iya nih, tumben semangat?" tanya Rose pada putrinya, pasalnya anak semata wayangnya ini sangat malas jika menyangkut sekolah dan belajar.
Rista hanya mendengus kesal menanggapinya. "Ma ... Pa ... Rista semangat salah, gak semangat juga salah. Nih Mama maunya apaan si?" keluhnya sebal.
"Ya bukan gitu tapi kan-"
"Udah ayok Pah, lagian kan Rista belum tahu ruang kelasnya!" serunya memotong kalimat Rose.
"Uhh anak mama ini, apa sih yang bikin kamu sampai full spirit gini?"
"Ya harus dong Ma, ini sekolah baru jadi harus diawali dengan yang baru," jawab Rista antusias. Ia memakai tas ranselnya dan beranjak dari sana. Sebelumnya Rista menyempatkan untuk mengecup pipi mamanya sayang.
Menunggu santai di depan pintu mobil sampai Jims datang dan mereka langsung pergi menuju sekolah. Hari ini adalah hari pertama Rista masuk ke sekolah barunya. Dienga High School. Sekarang ia menduduki kelas sebelas semester terakhir. Yang artinya ia masuk beberapa bulan setelah ujian semester ganjil. Sebelumnya Rista bersekolah di Bandung dan tinggal bersama neneknya disana. Karena ia sangat ingin tinggal dengan orang tuanya dan sangat rindu dengan sahabatnya, Rista memutuskan untuk pindah sekolah.
Dengan ceria ia bersenandung kecil sambil melihat keluar jendela mobil. Pandangannya teralihkan saat Jims mengajaknya bicara.
"Kali ini Rista gak boleh main-main. DHS beda sama sekolah lainnya," ujar Papanya pelan sambil melihat sekilas ke arah Rista dan kembali memperhatikan jalanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Heart! || On Going!.
Novela Juvenil#Broken heart! #6 in arista Katanya, cinta pada pandangan pertama itu indah. Katanya, cinta dengan perjuangan itu mengesankan. Katanya, cinta di SMA itu menyenangkan. Katanya, cinta yang berawal dari wanita itu akan terbalaskan. Tapi ... nyatanya...