"Permisi Pak ... mmm Pak saya dari ekskul jurnalistik, saya mau minta izin untuk meliput bapak sebentar sebagai seorang pembimbing futsal." Cewek ini berujar sopan dengan wajah tertunduk.
Guru lelaki itu menatap heran, biasanya seorang jurnalis akan mengambil waktu saat jam sekolah. "Dalam rangka?" Ia memilih bertanya dahulu.
"Kemenangan turnamen futsal Pak ...." Cewek itu mencoba beralibi.
"Baiklah." Sang guru memberi izin.
Batin cewek itu berseru senang. Ia akan memainkan rencananya sekarang.
"Terimakasih atas izinnya pak. Saya hanya ingin mengambil beberapa gambar bapak secara live," terangnya.
"Loh, untuk apa foto saya?" tanyanya bingung.
Kembali memutar otak cewek itu terlihat mengerut samar. "Untuk beberapa keperluan mading Pak, bapak tidak perlu khawatir, lagi pula hanya beberapa dan akan saya private." Ia kembali meyakinkan. Seorang jurnalis akan selalu berbahasa baku jikalau sedang bertugas.
Setelah mendapat izin, cewek ber id card yang mengalung di lehernya itu segera mengambil ponselnya dan mulai mengambil foto sang guru. Mengarahkan pada objek, mengatur cahaya supaya kontras selayaknya seorang fotografer.
"Yah ... hp saya lowbat," keluhnya sebal. Ia memandang guru didepannya. "Mmm Pak bisa saya pinjam ponsel bapak?" tanyanya sopan.
Karena tak ingin membuang waktu lagi, pak guru itu langsung menyerahkan ponsel miliknya.
Cewek itu segera memotretnya. Tak urung ia melakukan yang seharusnya dilakukan. Setelahnya ia mengirim gambar itu lewat via WhatsApp.
"Sudah Pak, terimakasih atas waktunya. Kalau begitu saya permisi dulu," ucap cewek dan mulai berlalu. Pak guru itu hanya menganggukkan kepala, menerima ponselnya kembali dan melanjutkan aktivitasnya yang tertunda.
___°°°___
Blamm...Suara pintu mobil tertutup itu terdengar.
"Lama banget lo, ngapain aja?"
"Iya nih, gue yang kerpok aja udah beres dari tadi."
Begitu masuk Rista langsung disuguhi pertanyaan menuntut dari kedua sahabatnya.
Dengan santai Rista menjawab. "Tadi ada kendala sedikit hehe." Ia menampilkan serentetan giginya.
Renita menggeleng kemudian ia langsung menancap gas menuju pulang. Tak ada lagi percakapan, Renita sibuk memperhatikan jalan. Aprilia yang tertidur lelah dan Rista yang sibuk dengan ponselnya.
Rista berulang kali mencari akun media sosial Abram dengan nama lengkap, nama panggilan, nama depan, tengah, bahkan nama belakang. Sama sekali tak ia jumpai akun itu. Ia semakin penasaran seberapa tertutupnya orang itu. Dan lebih lagi perasaannya malah semakin bertambah.
Kemudian ia mengingat akan kedua sahabat konyol Abram itu. Angga dan Jack. Jika Jack mungkin tak mempunyai akun yang aktif, tapi Angga? Bukankah ia selebgram terkenal?
Rista menemukan akun itu. Mulai dari real account, fake account, account official, account fans base, dan masih banyak lagi. Termasuk toko toko iklan yang menyertakan gambar dirinya. Tujuan Rista hanya satu men-DM. Ia malas jika harus menekan tombol follow.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Heart! || On Going!.
Teen Fiction#Broken heart! #6 in arista Katanya, cinta pada pandangan pertama itu indah. Katanya, cinta dengan perjuangan itu mengesankan. Katanya, cinta di SMA itu menyenangkan. Katanya, cinta yang berawal dari wanita itu akan terbalaskan. Tapi ... nyatanya...