Icung awalnya sudah tidur, bahkan dia hampir menemui mimpinya di dalam tidur lelapnya. Namun, dia mendadak terbangun.
Netra hitamnya refleks terbuka lebar setelah ia mengingat suatu hal yang langsung membuat jantungnya risau tak sabaran. Dia melirik ke arah jam.
"Aishh, udah jam 11!! Gimana ini?!! " Dia mendengus kasar beberapa kali setelah melihat jam dinding berwarna biru muda di sana.
Kemudian dia melepas selimut yang menutupi tubuhnya. Lalu guling di sebelahnya pun dilempar ke pinggir kasur, sembari terus merasakan kerisauan mendadak di malam ini.
"Kenapa gue baru inget sekarang sih?!!" Icung memarahi dirinya sendiri di sisi kasur dengan rambut yang sudah berantakan dan wajah terkantuk-kantuk.
Beberapa saat dia melamun, kakinya turun ke bawah lantai kemudian berjalan menuju pintu kamar ingin keluar dari kamarnya. Walaupun dalam keadaan mata yang sangat menyipit karena rasa kantuknya, dia masih bisa melihat langkahnya.
Dia berjalan pelan ingin mengambil air minum di dapur untuk meredakan segala keresahan ini. Ketika dia keluar kamar, seluruh ruangan telah gelap kecuali ruang tengah. Di sana abangnya pasti tengah tertidur sendirian dengan lampu yang terang.
Setelah mengambil air minum dari kulkas, Icung berjalan lagi berniat kembali ke kamarnya. Namun, rasanya dia tak lagi bisa tenang untuk tertidur.
Hingga pada akhirnya Icung terduduk di ruang tengah, tepatnya di sebuah sofa di sana. Dia di hadapan abangnya saat ini, Jae tertidur dengan bantal dan selimut seadanya.
"Nggak mungkin kan gue beli sekarang? Entar mereka marah gimana?!!" ujar Icung dengan segala kepanikan.
Icung terus mengoceh sesekali menghela napas, tapi embusan napas itu tak sengaja terdengar di telinga Jae, membuat pria itu terbangun dan langsung terduduk.
"Kenapa lo?" tanya Jae mengagetkan Icung yang sedang menutup wajahnya sambil menyender di sofa.
"Emm.. anu, Bang." Icung benar-benar gugup sekarang, takut jika abangnya marah.
"Kenapa? Ngomong sama Abang, lo nggak bisa tidur?" Jae masih bertanya kepada adiknya yang tiba-tiba muncul di hadapannya.
"Tadi sih udah bisa tidur, Bang. Hampir mimpi lagi, tapiii.. " Icung memberhentikan kalimatnya.
"Tapi apa? Mimpinya bukan mimpi yang lo harapin bukan?" tanya Jae sekali lagi.
Icung melambaikan kedua tangannya sambil berkata tidak dengan wajah cukup lucu di hadapan abangnya yang satu ini.
"Ya terus kenapa? Tiba-tiba kebangun gitu pasti ada sebabnya lah."
"Tugas Icung, Bang," jawab Icung pada akhirnya.
"Tugas lo kenapa? Lupa dikerjain? Ya udah kerjain sekarang, gue bantuin sekalian," sahut Jae sambil mengucek mata kanannya.
Icung menggelengkan kepalanya.
"Bukan itu, Bang."
Jae semakin bingung dengan maksud si bungsu.
"Ya udah ngomong sama gue apa tugas lo?! Buruan howwaaa...," cecar Jae sedikit kesal, dibarengi sambil menguap. Jae masih ngantuk juga, tapi Jae tak akan membiarkan Icung terbangun sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vs Brother
Fanfiction"Kalau kalian punya dunia sendiri, ga usah ikut campur sama dunia gue!" -Icung Cover by : PUTRI_GRAPHIC