Judul: Berawal dari Kita
#copyrightbyIlestavan
--- ^ ---
Seseorang pernah bertanya kepadaku, mengapa aku sangat mudah memaafkan orang lain yang telah menoreh luka dan kecewa. Alasannya sederhana; karena memaafkan, jauh lebih mudah dibanding melupakan. Tentu, aku tidak pernah lupa akan rasa sakit yang kuterima dari mereka yang menaruh perih. Menyembuhkan luka yang telah tertoreh, terkadang adalah kemustahilan.
Meski sudah lama berlalu, luka yang berbekas belum kunjung menghilang walau maaf telah kuterima. Namun, tahukah? Ada alasan lain. Aku terluka, karena aku mengizinkan luka itu menyayat hati. Aku sedih, sebab mengizinkannya, dan kecewa karena harapanku terlalu besar akan sesuatu.
"Nisa, maafin aku, ya? Bukumu jadi basah," ucap Tiran, temanku satu fakultas. Dia meminjam bukuku, lalu membawanya ke kamar mandi sehingga tak sengaja tersiram air.
Saat itu, aku menerima maafnya. Tak ada sedikit pun kecewa, mengapa? Karena aku tidak mengizinkan rasa itu mengubah persepsi baik. Berpikir, Tiran memang suka membawa buku ke dalam kamar mandi, dan aku memosisikan diri sebagai Tiran. Toh, buku itu bisa mengering, jadi tidak masalah.
Demikian, apa inti dari ceritaku?
Benar, semua berawal dari diri sendiri. Kita terlalu sakit, lalu menangis, karena peduli. Tidak ada yang salah. Bukan berarti aku dan kamu harus berhenti memedulikan orang lain, apalagi berhenti peduli pada rasa sakit.
Satu yang benar-benar kupaham; kesakitan ada untuk melengkapi bahagia yang nyata. Jika sakit tak ada, maka bahagia pun tidak bisa hadir.
.
.
.10 Mei 2020
Inspired by: @nanimoonie on Instagram.
KAMU SEDANG MEMBACA
31 Karya Indonesia [√]
Random[Meraih Juara Dua Tantangan 31 Karya Indonesia] Selama 31 hari, KCM mengadakan tantangan menulis dengan tema dari bahasa daerah Nusantara tiap harinya. Dimulai 01 Mei lalu di Instagram. Mungkin, setiap kalimat tidak selalu bermakna, tapi semoga 31...