14. Diary Wirya

669 46 36
                                    

Vote dulu guys, bikin aku seneng dapet pahala loh:))

Vote dulu guys, bikin aku seneng dapet pahala loh:))

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









Ruang tunggu keluarga oasien operasi sekarang penuh dengan tangisan keluarga Letta.

Bagaimana tidak, kakek dan nenek, juga keluarga Jeje berada disini. Astrid dan Hani belum kembali ke Kanada. Sedangkan Rena sudah pingsan beberapa kali, pun dengan Rechall dan Adin dengan mata yang sudah sembab karena menangis.

"Papah, gimana kalau kak wirya—kak Wirya—"

"Hush, jangan berfikiran negatif, Adin. Sekarang kamu berdoa aja biar operasi Wirya lancar dan bisa kaya semula lagi" Potong Rechall menenangkan anak bungsunya.

"Mba, makan dulu ya, takut sakit. Aku beliin sesuatu, ya?" Bujuk Hani pada sang kakak iparnya yang sedari tadi mematung dengan mata sembab. Sedangkan Rena hanya bisa menggeleng pelan dengan tatapan kosong kedepan.





Sudah terhitung 6 jam sejak tadi sore Adin berlari keluar dari sekolah. Bajunya pun masih memakai seragam yang sekarang sudah acak-acakan. Wajah bengkak dan rambut berantakan sangat berkesan menyeramkan.

Kata dokter, jika operasinya lancar maka akan menghabiskan waktu paling cepat 6 jam. Namun, sampai sekarang belum ada dokter yang keluar dari ruang operasi.

Membuat Adin menjadi sangat khawatir dengan berbagai kemungkinan.







Cklek







Pintu ruang operasi terbuka, seorang lelaki berseragam biru toska dengan APDnya menghampiri keluarga Letta. Rena yang sejak tadi diam segera berdiri tegak, siap mendengarkan.

"Bagaimana keadaan cucu saya?" tanya sang kakek pada dokter, langsung ke poin pentingnya.

"Alhamdulillah, emua berjalan lancar. Operasi dibagian otak dan pembersihan darah cucu tuan besar berhasil secara sempurna"

Detik itu juga, semua mulai tersenyum dan saling berpelukan. Mengucap syukur dengan mata yang berbinar.

"Namun—"

"Karena adanya tekanan tinggi dibagian kepala, Tuan Wiruya bisa saja hilang ingatan"





Adin segera mendekat pada dokter sambil tersenyum kecut, "Masih mungkin kan, dok? Belum tentu kan, dok?" Tanya Adin penuh penekan.

Sang dokter tersenyum, lalu mengangguk "Kalaupun tuan Wiruya tidak lupa ingatan, sebagai gantinya dia akan mengalami Koma"






Brugh






Lagi-lagi Rena jatuh pingsan, namun segera Jeje menahan dan mengangkat Rena dengan Bride Style untuk dibawa keruang istirahat, "Bang, biar gua yang bawa mba Rena"

DherandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang