Lebih baik dipaksa daripada terpaksa, ngehehe. Ayo divote.
Hari Ini cuaca sangat mendukung keadaan Dhera dan adiknya. Ya.. sangat mendung dua orang ini yang hampir meneteskan air.
Dhera dan Aca sedang sarapan di Alfamart dekat rumahnya. Mereka beralasan tak ingin sarapan dengan sang ayah dan ibu tirinya. Bahkan Mata sang adik masih lembab karena semalam menangis dipelukan Dhera.
"Kenapwa kwakwak nggak Mwakan?" Tanya Aca dengan mulut yang penuh, membuat Dhera terkekeh. Ia mengangkat tangannya untuk mengusap surai hitam Aca seraya tersenyum.
"Telan dulu makanannya, Aca" ingat Dhera yang dijawab anggukan oleh Aca.
Setelah dirasa sudah tak ada lagi roti didalam mulutnya, ia lalu menatap Dhera dengan wajah serius. Sedangkan yang ditatap hanya memasang wajah bingung.
"Kenapa?"
"Kak, boleh gak kalau Aca pindah satu sekolah sama kak Dhera?" tanya Aca dengan menampilkan pupy eyesnya.
"Kenapa tiba-tiba?"
"Emang gak boleh?" tanya Aca balik.
Dhera menghembuskan nafas kasar, lalu menatap ke arah manik coklat milik Aca dengan tersenyum. Walaupun hanya sebatas senyum tipis.
"Aca siap, emang?" Tanya Dhera serius.
Awalnya Aca mengeryitbingung, namun ia langsung paham setelah menatap mata kakaknya beberapa saat.
"Siap kalau banyak yang deketin Aca cuman buat cari perhatian sama kakak gara-gara Aca adiknya kak Dhera?" Aca bertanya hati-hati.
Dhera mengangguk pelan. "Nanti gak tenang" bisiknya sambil terkekeh.
"Aca udah punya teman kok, kak" ucapan Aca membuat Dhera tampak kebingungan.
"Disekolah kakak?" tanya Dhera mengintrogasi.
Aca mengangguk cepat, ia lalu mengambil ponselnya yang ada di saku baju dan memperlihatkan kontak seseorang pada sang kakak.
"Kakak cantik?" gumam Dhera saat berhasil membaca nama kontak tersebut.
"Seangkatan sama kamu?" Tanya Dhera lagi dan lagi. Aca menggeleng kuat, ia nampak berfikir lalu tersenyum.
"Seangkatan sama kakak, dia kelas 12" Jawab Aca yakin dan cepat.
"Kamu benar mau pindah?" Tanya Dhera kembali memastikan, lalu Aca mengangguk antusias.
"Nanti pulang sekolah, kakak kesekolah kamu buat urus surat-surat. Habis itu kita ke makam mamah, terus jenguk kak Siren. Oke?"
"Oke kak"
🅾🅾🅾
KAMU SEDANG MEMBACA
Dheranda
Ficção AdolescenteKatanya, tak ada satupun orang Trisakti yang berani menantang ataupun mengusik seorang Dheranda, lelaki tampan dengan mata membunuhnya. Dia adalah lelaki berprinsip, membenci siapapun yang menentangnya. Namun semua itu patah saat seorang gadis aneh...