Sesuatu hal yang baru

37 3 0
                                    

        Di depan pintu kelas ada seorang lelaki bertubuh tinggi sepertinya sedang menunggu seseorang. Namun saat ia melihat Naru seketika ia menegakkan tubuhnya seakan hendak menghampiri Naru, dan bertanya,  "Naru ya? ", Naru  mematap lelaki itu dengan curiga "tahu nama gw dari mana?", lelaki itu memgambil sesuatu daru dalam tas nya, "ini punya lo kan?" sambil memberi buku ke arah Naru. "Sial kenapa buku musik gw bisa ada sama dia" gumam Naru. "Gw Frans Skir, anak hukum semester lima, panggil aja Frans".

       Naru pasti lupa menaru buku musiknya ke dalam tas saat dikantin tadi pagi, mungkin karena takut terlambat untuk masuk kelas, sehingga terburu buru dan tidak sempat memeriksa lagi.
Sementara Naru sudah mulai tidak nyaman dengan situasi ini, "ok gini ya Frans, makasih soal buku gw dan sekarang semuanya hanya sampai disini", tanpa panjang lebar Naru beranjak masuk ke dalam kelas.

       Disisi lain Frans memasang ekspresi masam, heran dengan perempuan didepannya tadi, "Benar kata Aryo cewek satu ini beda", gumam Frans.

Kantin

Aryo yang melihat Frans berjalan mendekat ke arahnyapun bertanya, "gimana?",
"Gimana apanya?", ujar Frans sembari duduk didepan Aryo. "Cewek yang gw maksud, pasti lo gak dapet kan?, udah sabar nanti gw bantu",

"Lo kenal dia dari mana?"

"Maksud lo Naru?"

"Iya"

"Gw kenal dia sejak SMP, dia orangnya emang dingin dan cuek, gak suka dengan keramaian"

"Lo temenan?"

"Bisa dibilang sih, tapi bisa gak juga, gw pernah satu kelas waktu SMP tapi gak akrab akrab amat karena anaknya super cuek"

🕸🕸🕸🕸🕸🕸🕸🕸🕸🕸🕸🕸🕸🕸🕸

"Anaruna Bela? Anaruna Bela hadir atau tidak?".
Guru mata kuliah itu sudah geram dengan sikap Naru yang selalu tidak peduli dengan apa pun. Bagaimana cara Naru mendengar suara dosen kalau headphone terpasang tepat menutupi daun telinganya. Dengan geram dosen itu mendatangi Naru dan melepas paksa headphone yang dikenakan Naru, "keluar! Kamu".

Tanpa basa basi Naru hanya keluar tanpa perlawanan membawa tas dan hoodie hitamnya itu, baginya diam adalah senjata yang terbaik. Naru telah dijuluki dengan sebutan "Perempuan berdarah dingin". Saking tak terlihatnya tidak ada yang tahu jika ada mahasiswa yang bernama Anaruna Bela kuliah di kampus itu. Tapi beda dengan Naru semakin tidak ada yang mengenal ia semakin menyukainya, karena baginya hidup akan lebih mudah dijalani jika seperti itu. 

      Naru berjalan santai ke arah kantin, karena hanya itu tempat yang ia pikirkan sekarang, tidak terlalu ramai hanya ada beberapa murid yang duduk dan sibuk dengan laptopnya masing masing. Naru hanya membeli air mineral lalu duduk dimeja paling pojok, membuka tasnya dan mengambil buku musik bersampul tangga nada yang cantik.

"Hai", ujar Frans, ternyata Frans sudah mengikuti Naru sejak Naru keluar dari kelas, tanpa merespon sapaan Frans ia beranjak lalu pergi. Namum Frans tetap mengikuti Naru dari belakang, walau Naru tidak memperdulikan Frans sama sekali.

"Ru.. "
"Naru.. "

Akhirnya Naru kesal sendiri lalu menghentikan langkahnya dan berbalik badan hendak berhadapan dengan Frans, dan..

"Lo sebenarnya mau apa si hah?"

"Gw cuman mau temenan sama lo, boleh?"

"Gak"

"Kata Aryo lo jago musik  ya?"

"Udah?"

"Udah apanya?"

"Udah nyelotehnya".

Frans hanya membuka matanya lebar lebar, terkejut dengan bentakan Naru yang barusan ia dengar, bukannya menyerah, Frans justru mengejar Naru.

"Ru.. Naru.. Tunggu Ru, lo mau kemana?"
"Mau pulang"
"Pulang?, jangan pulang dulu dong, tunggu gw selesai kelas dulu"
"Gak"
"Bentar aja Ru"
"Gw bilang gak ya gak".

Langkah Frans terhenti karena terkejut dengan bentakan Naru. Sekarang Frans hanya menatap Naru dari belakang dan tidak mengejar lagi.




Surat untuk TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang