Hari ini Naru tidak masuk kuliah karena hendak pergi ke sesuatu tempat yang menurutnya adalah tempat terindah di bumi.
"Apa itu Kak Naru?, iya itu kak Naru" sorak suara anak anak mendekati Naru lalu memeluknya.
"Kak Naru datang"
"Kalian sudah makan?", tanya Naru kepada anak tersebut. Anak anak itu pun menganggukkan kepalanya. "Sudah kak, kami sudah makan tadi", ujar salah satu anak. "Kak Naru bawa roti, siapa yang mauuuuu?", seru Naru lalu duduk ditumpukan besi berkarat didepannya. "Aku kak, aku juga, akupun ", sorak anak anak mengangkat tangan masing masing, Narupun tersenyum melihat kebahagiaan mereka. Bagi Naru ini lah dunia nya. Setelah membagikan roti Naru duduk kembali ditempat nya tadi, ini adalah markas mereka, markas persembunyian serta tempat pertemuan antara mereka.
"Kak hari ini kita akan belajar apa?", tanya salah satu anak yang berpakain kumuh itu. Dan benar anak anak ini adalah anak yang terlantar dan tidak punya keluarga, tapi tidak untuk saat ini dan nanti, karena mereka adalah keluarga yang damai dan harmonis, setiap sekali seminggu atau ada waktu senggang Naru selalu main ke markas mereka, markas mereka terletak di pelosok kota yang terpencil hanya ada tumpukan kereta tua yang menggunung dan sebenarnya sangat tidak cocok untuk dihuni.
"Kita akan belajar mengejar mimpi sekarang", ujar Naru seraya mengeluarkan spidol dari dalam tasnya. Markas mereka sudah tersedia papan tulis dan buku buku, itu semua adalah milik Naru yang tidak terpakai, buku buku sejak SD ia bawa ke markas untuk memudahkan anak anak belajar.
"Kak apakah mengejar mimpi, kita harus berlari?", tanya salah satu anak sembari mengangkat tangannya.
"Tidak Cio, jika mengejar mimpi kita harus tidur terlebih dulu", sambung salah satu anak lagi. Naru yang mendengar perdebatan mereka pun tertawa.
"Kak Naru apa Lisa benar?", tanya Cio
"Begini adik adik, benar jika mengejar kita harus berlari dan benar juga saat hendak bermimpi kita harus tidur terlebih dulu, tapi bukan itu yang kak Naru maksud"
"Tarus apa kak?", tanya Cio lagi.
"Apakah kalian tahu apa itu impian atau cita cita?", anak anak itu menggeleng. "Begini, mungkin setiap manusia mempunyai impian yang hendak ia raih, seperti ingin menajadi seorang yang sukses kedepannya, atau ada seseorang yang mempunyai cita cita ingin menjadi dokter, polisi atau semacamnya, nah perkataan Cio ada benarnya, saat kita hendak mengejar impian kita harus berlari terlebih dulu, tapi bukan dalam artian harus berlari seperti pelari yang berlomba melainkan kita harus berjuang dan berusaha untuk mencapai impian kita",
"Kak Naru apa kak Naru punya mimpi?", tanya salah satu anak.
"Punya kak Naru punya mimpi",
"Apa kak?", tanya Lisa
"Kakak ingin kalian semua sukses kedepannya", ujar Naru
"Kak aku ingin jadi dokter, apa boleh?", tanya salah satu anak, Narupun mengangguk. "Tentu saja, kalian semua bebas ingin menjadi apa nanti".
"Kak apa aku boleh menjadi seperti kak Naru?", tanya Cio
Naru terkejut dengan pertanyaan Cio, mata Naru membelalak karena heran, "kenapa Cio mau jadi seperti kak Naru?" tanyanya
"Karena kak Naru adalah Kapten yang selalu menjaga dan membantu kami, mempunyai hati yang baik dan berani, itu adalah impian ku kak Naru, aku ingin menjadi seperti kak Naru", ujar Cio. Mata Naru seketika berkaca kaca tidak percaya jika ada mahluk bumi yang hendak sepertinya. Melihat ekspresi Naru anak anak itu mendekat dan memeluk Naru dengan hangat walau pakaiannya kotor dan kumuh Naru tetap selalu menerima mereka dengan lapang dada.
"Jangan sepertiku Cio! Karena aku adalah sampah di dunia ini, sampah yang hendak hancur tapi susah karena tercipta dari bahan nonorganik yang susah hancur tapi tidak dianggap lagi". Gumam Naru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat untuk Tuhan
Short StoryUntuk yang terjebak dimasa lalu, untuk yang sedang melangkah ragu, kini aku akan mengajakmu beranjak dari kata yang lalu menuju masa yang baru.