👩⚕️
Dulu diawal Mily memutuskan untuk merubah cita-citanya agar Dylan bisa berjalan kembali, Mily sempat membaca semua jurnal dan artikel yang berkaitan dengan kondisi masnya. Ia mencari semua kasus yang serupa mulai dari kasus yang terjadi di Indonesia hingga luar negeri. Ia mencari semua rumah sakit dan dokter terbaik di bidang tersebut. Ia bahkan sempat menghubungi beberapa dokter via email dan telepon hingga tatap muka langsung demi menanyakan harapan untuk Dylan agar bisa kembali normal.
Dari sekian banyak yang Mily hubungi akhirnya ada satu profesor yang memberi Mily secercah harapan. Mily yang hampir putus asa sebab semua sumber bacaannya mengatakan bahwa tak akan mungkin bagi pasien seperti Dylan akan bisa berjalan lagi. Profesor itu mengatakan ia sedang bekerja sama dan melakukan penelitian dengan beberapa dokter di Inggris mengenai kasus tersebut. Profesor tersebut sebenarnya tidak mengatakan bahwa ada kemungkinan, walau kecil, kasus seperti Dylan dapat disembuhkan. Namun mendengar bahwa ada yang percaya sekecil apapun harapan dan tetap berusaha menelitinya, membuat Mily mantap untuk menjadi dokter. Ia percaya Dylan pasti akan sembuh.
Dylan yang tak berapa lama akhirnya mengetahui bahwa Mily ternyata lulus kedokteran, bukan dance yang ia impikan sejak dulu. Ia sangat menyayangkan keputusan adiknya itu. Ia tak mengira perasaan bersalah Mily akan sedalam ini. Padahal tak pernah sekalipun terpikirkan oleh Dylan untuk menyalahkan adiknya atas kecelakan yang terjadi waktu itu. Dylan menghampiri Mily yang hendak berangkat ke kampus, ini hari pertama Mily sebagai mahasiswi.
"Dek," panggil Dylan sambil membuka pintu kamar Mily.
Mily yang sedang merapikan tasnya menoleh dan tersenyum pada Dylan.
"Pagi mas," sapa Mily riang.
Dylan mendorong kursi rodanya dan mendekati Mily.
"Mas ga akan bisa jalan lagi dek dan mas ga masalah dengan itu," ucap Dylan.
"Masa pendaftaran dance academy kamu masih dibuka seminggu lagi. Mas ga mau kamu ngelakuin ini karena masih merasa bersalah. Mas udah bilang berkali-kali kalo mas ga pernah nyalahin kamu dek," lanjutnya.
"Mas, Mily ngelakuin ini karena keinginan Mily sendiri kok. Mas tenang aja, mas pasti sembuh," ucap Mily.
"Dek,"
"Mas percaya kan sama Mily?"
Dylan menatap Mily. Sebelum Dylan kembali menentang keputusannya, Mily memeluk Dylan erat lalu pamit dengan alasan tidak ingin terlambat di hari pertamanya.
"Mily berangkat ya mas," ucapnya sambil melambaikan tangan.
Dylan menatap kepergian Mily dengan perasaan bersalah. Mereka saling menyalahkan diri masing-masing. Mily yang merasa bersalah telah membuat Dylan lumpuh dan tidak diterima di kampus manapun sedangkan Dylan merasa bersalah karena Mily yang terus menyalahkan dirinya hingga memutuskan menjadi dokter untuk dapat menyembuhkannya.
***
Kuliah kedokteran ternyata lebih sulit dari yang Mily bayangkan. Hanya berbekal persiapan kurang dari satu tahun membuat Mily lumayan tertinggal. Namun Mily tak pernah menyerah. Setiap sehabis pulang dari kampus, Mily pasti akan langsung ke perpustakaan kampusnya untuk belajar. Mily mungkin bisa saja menginap jika Clay tak datang menjemputnya. Di rumah pun Mily meneruskan belajarnya. Mily hanya akan keluar dari kamar untuk sarapan dan makan malam.
"Tidur dulu dek," ucap Bryan melihat saat melihat lampu kamar Mily masih menyala, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 2 pagi.
"Bentar mas 15 menit lagi," ucap Mily tak berpaling dari bukunya.
Bryan membuka lebar pintu kamar Mily dan segera masuk. Ia berjalan menuju meja belajar Mily, mematikan lampu belajarnya dan menutup bukunya kemudian menggendong Mily paksa menuju kasur.
"Maaaassss," ujar Mily kesal.
"Tidur dulu," ucap Bryan tak terbantahkan.
Mily mengalah dan menarik selimutnya, pura-pura akan tidur. Padahal ia berencana tetap meneruskan membaca ketika Bryan sudah keluar kamar. Bryan yanh sudah hafal dengan kelakuan adiknya berdiri di samping kasur Mily, ia akan tetap disana hingga Mily tertidur.
"Tidur," ucap Bryan saat Mily mengintipnya sambil menurunkan sedikit selimut yang menutupi matanya.
Tak sampai 5 menit akhirnya Mily terlelap karena kelelahan dan sebenarnya dari tadi Mily juga beberapa kali hampir tertidur saat membaca. Bryan memperbaiki posisi selimut Mily kemudian membelai lembut rambutnya. Ia hanya akan mendukung apapun yang dilakukan Mily saat ini. Ia tidak akan bisa menentang keinginan Mily, Mily terlalu keras kepala.
Tak jarang pula Mily benar-benar tertidur saat membaca. Andy yang sengaja ingin melihat adiknya malam itu dihadapkan pada pemandangan Mily yang terlelap di meja belajarnya. Andy menghampiri Mily, hendak memindahkannya ke kasur. Ia melihat sebentar ke layar laptop Mily yang masih menyala dan terlihat banyak bacaan mengenai kondisi Dylan. Andy kemudian mematikan laptop tersebut dan membereskan buku Mily. Andy memindahkan Mily ke kasur dan menyelimutinya.
"Maafin mas ya," ujar Andy sembari mencium kening Mily.
👩⚕️
Vote yuk
Komen yuk
🤭🤭
KAMU SEDANG MEMBACA
EMILY
SonstigesMily merasa hidupnya sekarang mendekati sempurna. Mempunyai 4 kakak laki-laki dan 2 sahabat yang menyayanginya melebihi apapun. Walaupun Mily mendeskripsikan hal itu sebagai sifat protektif, namun Mily bahagia hidupnya dikelilingi mereka. Kebahagia...