Aku kembali kedalam ruangan klub dengan wajah murung. Percuma saja berada di ruangan ini kalau aku tidak dapat menyelesaikan masalah. Yukino adalah kuncinya, aku tidak bisa menerima permintaan Ishiki Iroha, hubunganku akan berakhir. Jadi, aku berencana menolaknya. Memikirkan perasaan orang lain, itulah saran yang kuterima dari Yuigahama. Jika aku yang sekarang sama dengan diriku yang dulu, mungkin aku akan menerima permintaan Isshiki dan mengorbankan banyak hal yang kupunya. Tapi, tidak mengorbankan diri sendiri, itulah hal yang Yukino katakan. Jadi, aku terpaksa mengorbankan salah satu perasaan dari dua gadis ini. Dan aku lebih mementingkan perasaan Yukino daripada Ishiki Iroha.
"Hikki, kamu mau pulang?" tanya Yuigahama tepat setelah aku mengangkat tasku.
Aku terdiam. Benar juga, kenapa aku langsung pulang? Mengejar Yukino dengan sepeda seharusnya mudah, bukan?
"Hikki?" panggil Yuigahama yang melihatku terdiam.
Aku tersadar dari lamunanku. Benar juga. Komachi juga akan bermain kerumah temannya. Tidak ada beban untuk mengejar Yukino.
"HIKKI!" teriak Yuigahama, "Kalau kamu ingin mengejarnya sebaiknya cepat! Kamu ingin dia pergi terlalu jauh? Pergi sekarang!" ucapnya sambil mendorongku keluar ruangan.
"A-ah, ya. Terima kasih, Yuigahama," ucapku sebelum berlari keluar sekolah. Tanpa menyadari bahwa orang yang kusakiti selalu membantuku seperti saat ini.
***
Kenapa sepedaku tersangkut dengan sepeda-sepeda lain di saat-saat seperti ini? Aku kembali teringat dengan kejadian seperti ini dulu. Timingnya juga salah. Apa salahku sampai aku harus terhambat karena seperti ini? Kalau tersangkut seperti ini, bagaimana aku bisa mengejar Yukino sekarang?
Krek! Lepas! Lebih cepat dari yang kukira. Kuharap aku masih bisa mengejarnya. Tapi kemana?
Kulihat Hayama Hayato yang sedang berdiri digerbang sekolah. Sebaiknya kutanya dia saja.
"Ano_"
"Yukinoshita-san kearah sana," ucapnya sebelum bertanya sambil menunjuk kesuatu arah.
"Arigatou,"ucapku dan mulai mengayuh sepeda.
***
Dimana kau, Yukino? Kenapa kamu terus melarikan diri jika urusan perasaan?
Saking fokusnya aku untuk menoleh kiri-kanan, aku tidak melihat kearah depan sampai...
Brak! Suara tabrakan sepedaku dengan seseorang memancing keramaian. "A-Ah... maaf." ucapku.
"Tidak... akulah yang seharusnya meminta maaf," balasnya. Dengan suara yang sangat kukenal.
"Yukino! Kenapa kamu haus lari seperti itu?" tanyaku sambil menggenggam lengannya. Berharap dia tidak akan kabur lagi.
Yukino yang baru saja tersadar langsung terbelalak. Namun tidak berusaha kabur lagi. "Kurasa... kakiku terkilir." katanya.
"Hah, benarkah?" tanyaku sambil menyentuh salah satu kaki yang kurasa terkilir, dan bisikan menahan sakit Yukino menjawab pertanyaanku. "Aku bener-benar minta maaf. Ayo, aku antar kamu pulang."
Yukino mengangguk dan menaiki sepedaku menuju tempat tinggalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Story is Same as I Expected
RomanceYukinoshita Yukino, itulah nama pacarku sekarang. Takdir sering memberikan kita jalan yang sulit untuk kita lewati. Sebaliknya, jalan yang mudah akan muncul jika kita sudah mencapai ujung jalan takdir, yaitu 'kematian'. Namun, kita akan bertemu deng...