Chapter 2

907 20 0
                                    

Orang itu menarik napas, "Aku menyukai seseorang. Bantu aku menyatakan perasaanku ini."

Seketika kami berempat tidak mengatakan apa-apa, "K-kalau begitu siapa orang yang kamu sukai ini?" Akhirnya Yuigahama yang membuka pembicaraan antara kami berempat.

"Tentang hal itu . . . aku akan mengatakannya pada kalian nanti." Kata Hayama dan berlalu pergi untuk mengikuti kegiatan klub-nya.

***

Aku membuka pintu rumahku sambil mengingat permintaan kami yang pertama setelah 2 bulan tidak menerima permintaan. Sebenarnya, aku cukup senang mendapatkan kegiatan klub lagi. Masalahnya adalah permintaan ini terlibat dalam kisah cinta.

Kenapa aku sering terlibat dalam kisah cinta? Kisah cintaku dan Yukino sudah lebih dari cukup bagiku.

"Tadaima, onii-chan!" Sapa Komachi yang baru keluar dari kamarnya. "Okaeri-nya mana?"

[Tadaima=aku pulang]
[Onii-chan=kakak]
[Okaeri=selamat datang]

"Kebalik, baka!" Kataku melihat adikku yang sudah duduk dikelas 1 sekolahku.

[Baka=bodoh]

Adikku itu hanya menjulurkan lidahnya. Terserah aku mau beristirahat secepatnya.

***

Ting! Suara ponselku mengejutkanku yang sedang asik melihat kucing adikku yang berguling-guling kelaparan karena Komachi lupa membeli makanan baru untuknya.

Yukino mengirimkan pesan. Itulah yang tertulis di ponselku.

Bagaimana dengan permintaan Hayama-san? Itulah yang tertulis di pesan yang dikirimkan Yukino.

Dasar, dia masih tidak menyebutkan namaku saat berkontak. Masih bingung untuk memanggilmu dengan nama depan atau belakangmu, itu katanya.

Tiba-tiba pemikiran jahil mendatangi otakku. Aku akan menjawab pertanyaanmu jika kamu membuat dan memanggilku dengan sebuah panggilan khusus, jariku mengetik dengan cepat.

Kalau begitu, bucin sinterklas, responnya.

Kenapa harus itu? ketikku.

Karena kamu terlalu banyak berharap seperti seorang bucin, sementara hal yang kamu harapkan itu adalah menjadi sinterklas.

Sial, benar juga.

Tapi, walaupun kamu menjadi seperti sinterklas, kamu selalu berbeda dengan sinterklas. Yukino melanjutkan pesannya.

Karena aku memiliki kamu? Tebakku.

Bukan, karena sinterklas adalah orang yang baik, kamu sebaliknya.

Aku terdiam menatap ponselku. Ngomong-ngomong, bukankah seharusnya kita membicarakan masalah Hayama Hayato? Kenapa malah terbang kesini? Ketikku berusaha mengubah topik.

Berusaha mengganti topik pembicaraan sama saja dengan lari dari kenyataan. respon Yukino.

Kali ini aku benar-benar terdiam, Yukino menggunakan sloganku yang berusaha tidak berganti topik.

Hei, mengapa diam?

Sudah mengakui kekalahanmu?

Orang yang tidak mengakui kekalahan adalah orang yang lari dari kenyataan.

Pesan Yukino terus berdatangan dan terus menusukku. Tolong, hentikan dia dari meledekku terus menerus!

My Love Story is Same as I ExpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang