: 06 : Pelik :

40 14 20
                                    

Salam matcha, selamat membaca, ingat Mercapada.

Ig: Mercapada

• • •

Liburan semester telah usai. Minggu pertama di semester genap telah menanti siswa-siswi SMA Bekti. Hari ini, Helena pertama kali bertatap muka secara langsung dengan Eksa dan kawan-kawannya.

"Helen, anter ke kantin, kuy!" seru Akbar setengah berlari menyambut kedatangan Helena di pintu kelas.

Tanpa pikir panjang, Helena menyimpan tasnya dan lekas menyejajari langkah Akbar menuju kantin sekolah. Keduanya terlarut dalam obrolan menyenangkan. Mereka tampak akrab sebagaimana biasa. Akbar sesekali menyandarkan sikunya di bahu Helena. Perempuan itu acuh saja, tidak masalah.

Sesekali Helena mengecek ponsel. Tak ada satu pun pesan masuk dari Eksa. Padahal gadis itu mengharapkannya.

Pada waktu istirahat, Helena kembali bersama Akbar. Ke kantin, koperasi, kelas tetangga, hingga ke WC-Akbar menunggu di depan, aman.

"Helen, gue pinjem pacar lo dulu ya. Kalem, gak bakal digebet, kok." Seloroh salah satu perempuan anggota OSIS kawan mereka di tungkai pintu koperasi. Gadis itu terkikik.

"Bawa aja sana! Sukur-sukur gak balik lagi," seru Helena dihadiahi pelototan Akbar sebelum si gadis menariknya pergi.

Helena tak pernah meralat ucapan orang-orang yang mengira dirinya dengan Akbar pacaran. Terlalu buang-buang waktu. Lagi pula, untuk apa mereka mencampuri urusan Helena? Masing-masing saja, lah. Walaupun diceritakan yang sebetulnya, netizen tak akan mempercayai ucapan Helena karena kedekatannya dengan Akbar begitu terekspos.

• • •

Beberapa hari berlalu. Kalau tidak menghabiskan waktu bersama Akbar, ya pasti dengan cowok lain sekelasnya Helena ikut bergabung. Tipikal Helena sekali-lebih banyak berkawan dengan laki-laki daripada perempuan.

Pada suatu jam istirahat pertama, Akbar dan Helena menongkrong di depan mading sebelah Barat lorong kelas 10 IPA. Keduanya bersenda gurau sesekali bertukar cerita. Akbar tipikal laki-laki yang tidak akan berbasa-basi menanyakan "udah makan?" atau "lagi apa?". Ia lebih banyak mengajak lawan bicaranya berdiskusi dengan gaya bicara dan ucapannya yang terdengar tinggi. Sehingga tak ayal pula bagi Helena untuk menanyakan pendapat terkait banyak hal. Akbar kawan yang enak diajak membuka pikiran. Ya, keduanya memiliki keselarasan.

"Hewan yang ditinggalin di Mars dalam novel Nasa itu kan hibridasi antara tikus besar Amerika dan tikus lokal, kalo gak salah," timpal Helena. Keduanya tengah membedah bacaan seperti biasa.

"Gue lupa. Udah setaun yang lalu, soalnya. Kalo novel, sekarang lagi baca yang immortal-immortal," ujar Akbar. Helena memyimak dengan saksama.

"Ada nih, gue pernah baca cerita manusia serigala di mana si Alpha-nya ini melakukan pencarian Luna yang ternyata diculik sama Mimi Peri. Terus karena Luna berontak, Miper ngiket dia pake untaian kain parca bekas jaitan gaun para peri yang udah dilapisi kekuatan ajaib, pun Luna dipakein helm motor yang dimodifikasi jadi gak kasat mata. Tak lama kemudian Alpha dateng, nyerang, dikasih mantra sama Miper. Akhirnya, Aplha sama Luna gak bisa saling menyentuh. Kalo ada yang melanggar, salah satu dari mereka bisa berubah jadi boneka babi. Liar banget ya idenya." Akbar terkekeh geli diikuti Helena yang menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Eh, Helen, lo jerawatan ya?" tanya Akbar terkekeh sembari mendekatkan kepalanyanya guna melihat jerawat Helena yang menonjol menyebalkan di area dahi.

Helena menjauhkan wajah seraya menghalau jemari Akbar yang hendak menjangkau jerawatnya. "Diem!" serunya geram.

Tetiba Eksa melintas dengan memiringkan kepala di depan mereka. Helena memelotot sekejap tak kentara. Perempuan itu menoyor kepala Akbar. Kedua alisnya menukik tajam. Eksa berlalu begitu saja. Gadis itu mengembuskan napas pendek. Menyugar rambutnya tergesa-gesa. Mendelik jengkel kepada Akbar sebelum beranjak pergi. Sungguh momentum yang merugikan. Dasar kambing!

Dialeksa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang