CHAPTER FOUR

3 3 0
                                    

            budayakan voment
         sebelum baca /chapternya
                             

                          E N J O Y
                         ◾◽◾◽◾◽◾◽

"IHH, KOK AKU DITARIK-TARIK SIH KAK?" kesal Dinda mencebikkan bibirnya. Agra yang baru menyadari tautan tangan antara dirinya dengan Dinda, spontan melepasnya.

"Lelet sih." kata Agra memutar bola matanya sinis.

"Biarin!"

"Ya."

Dinda mengerucutkan bibirnya sebal. Segitu aja nih responnya? Biasanya kan, cewek kalo ngambek dibujuk! Lah ini malah diambekin balik? Tolong Dinda ada diplanet mana yah?. Cie berharap ...

'Idih kok gue jadi ngeuwu sih?' batin Dinda geli.

Lagi-lagi Agra menarik tangan mungil Dinda. Namun kali ini berbeda, bedanya tarikan itu sedikit lebih lembut dan tak terlalu grasa-grusu seperti tadi.

Dinda mengernyit heran. Apa maksud Agra membawanya ke UKS?. Tanpa disangka Agra malah mendorong punggung  Dinda dari belakang lalu mendudukan tubuhnya kebrankar.

Agra mengambil kotak P3K. Lalu diberikannya kepangkuan Dinda yang mendadak blank.
"Obatin." titah Agra.

Dinda terhenyak. Jadi secara tak langsung kakak kelasnya ini membawa dirinya hanya untuk meminta diobati? Kenapa nggak minta diobati sama anggota PMR aja? Kan lebih handal. Walaupun Dinda juga bisa mengobati sih. Namun tetap saja!

Untung saja Dinda duduk dibrankar, jadi ia tak perlu merasakan pegal jika harus terus mendongak karena Agra yang lebih tinggi darinya.

"Makanya kak. Utamain otak daripada logika." ujar Dinda menasehati.

"Kepancing emosi."

"Ya ditahan dong kak!" ketus Dinda. Ia menekan luka Agra dengan kapas yang sudah ditetesi alkohol. "Bandel sih!".

Agra berdecak meringis. Udah tau kalo luka itu sakit, malah ditekan. Emang nggak perih apa?!.

"Ck! Pelan-pelan dong!"

Dinda menghela napas. Ia mengangguk mengiyakan. Kasian juga melihat kakak kelasnya ini meringis. Pasti perih, makanya Dinda paling anti kalo diajak bakuhantam. Gayamu nduk ...

"Nah uwis rampung nih kak!" kata Dinda semangat.

Agra memperhatikan Dinda yang semangat membereskan kotak P3K. Dinda dan Agra memang tak ada adegan tatap-tatapan tadi, mungkin karena keduanya sedang sibuk memikirkan sesuatu. Ah, entahlah terserah mereka.

"Emang kenapa bisa berantem sih kak?" tanya Dinda. Agra tak menyahut, malah dia masih asyik mengamati wajah Dinda yang kini balik menatapnya.

Gugup? Jelas. Nampak sekali dari wajah Dinda jika ia tengah gugup. Apalagi kakak kelasnya ini cukup tampan dimatanya. Bahkan dirinya sendiri baru menyadari. Baginya mungkin dari segi penampilan kakak kelasnya ini terlihat seperti, anak berandalan. Mungkin?

Padahal jika spesifiknya. Agra itu terlihat tampan dengan caranya. Fans nya aja banyak. Gimana Dinda nggak gugup tuh?

Agra sendiri memang lelaki campuran Sunda-Surga yang memiliki paras tampan, walau tak setampan Manurios. Jika dilihat memang urakan seperti badboy, tapi nyatanya tak sepenuhnya benar. Agra sendiri yang bilang, bahwa "Penampilan gak selamanya bener. Gue bukan badboy urakan, tapi gue gak mau berpenampilan rapi untuk sekedar dapet perhatian." begitulah patokannya. Tak ingin menjadi orang lain agar mendapat perhatian, toh dirinya gini aja udah banyak yang merhatiin.

KENANDA [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang