01

2.1K 180 1
                                    

"Gue yakin lu uda tau kenapa gue minta elu kesini."

Yin tidak menatap wanita didepannya, dia sibuk memandangi pemandangan lain disekitarnya.

"Nan, liat gue dulu!" wanita itu menyentuh tangannya. Yin menoleh pasrah.

"Makan dulu bisa gak?! gue laper ploy!!"

Ploy mendesah dan menatapnya dengan frustasi.

"mau sampe kapan sih elu nahan gue kaya gini terus, elu tau sendiri kan kalo gue tuh udah pengen putus dari bulan lalu!"

Yin pura pura tidak mendengar.

"Jangan pura pura budeg, nan. Gue tau elu ngedenger."

"terus mau elu tu apa?"

"Nan, gue mau kita tuh putus baik baik makanya gue berusaha buat ketemu sama elu."

yin tidak merespon.

"Gue ga sanggup kalo harus terus jadi pacar lo, nan."

kali yin meliriknya. dia melihat ploy hampir menangis dihadapannya.

"Gue ga pernah ngerasain kalo elo tuh sayang ama gue. Gue tu pacar lo tapi lo keterlaluan cuek ama gue. Gue butuh perhatian dan elu selalu ga pernah ada buat gue. Lo tuh ga adil, lo cuekin gue sementara gue dekat ama yang lain elu marah dan ngamuk ngamuk..

jahat banget sih!!"

Yin tidak mengatakan apa apa, dia hanya menatap ploy dengan pikiran kosong. Dia memang memiliki perasaan bersalah, tapi disatu sisi hidupnya sudah terlalu rumit, otaknya sudah hampir meledak setiap hari.

Memang jalan yang terbaik saat ini adalah melepaskan ploy. Setidaknya, dia tidak bisa egois dan membuat seseorang menderita karena hidupnya yang payah.

Yin mendesah melihat meja kosong dihadapannya. Dia meremas kepalanya. Apalagi saat ponselnya berdering dan nomer yang sangat ia hindari muncul di layar.

"Tolong lunasi kontrakan, kamu sudah nunggak 3 bulan. Kalo minggu sekarang ga bayar, terpaksa saya kasih keorang lain kontrakannya."

Yin menghela napas beratnya. Sejam lalu dia baru saja diputuskan, tubuhnya sudah sangat lelah namun waktu tak mengizinkannya untuk beristirahat. Dia melihat jam ditangannya dan mendesah. Waktu sudah menunggunya, kerjaan lain sudah harus ia kerjakan.



-----------------------------

War menyetir mobilnya dengan kesal. Sementara ponselnya tak mau berhenti berdering. Dia sudah memutuskan untuk pergi dari rumahnya. Sebelum kedua orang tuanya berhenti bertengkar masalah perjodohan, sebelum kedua orang tuanya berhenti mengatur ngatur kehidupannya. Dia tidak akan mau pulang.

War membelokan mobilnya ke arah kanan  jalan dan menepi di sebuah mesin ATM. Dia akan mengambil uang tunai  sebelum ayahnya nanti meretas keberadaannya.

War kembali melanjutkan perjalanannya. Dia mengambil ponselnya, mengabaikan missed call dari kedua orang tuanya dan mencari kontak salah satu teman dekatnya.

Namun ia tak sadar jika saat ini di depannya sedang ada orang yang menyebrang jalan.

"Aaaaa.." war berusaha sekeras mungkin menginjak pedal rem mobilnya.

"Oh shit.." dia buru buru keluar mobil. Tubuhnya menjadi dingin saat menyadari jika ia benar benar telah menabrak seseorang.

Dia berjongkok melihat seseorang terkapar di depan mobilnya. Dia menjadi panik dan kebingungan harus melakukan apa.

Seorang pria dengan tubuh lebih besar sedikit darinya, saat ini terkapar dengan wajah yang berdarah.

"Shit wanarat! Bego bego bego!! Kenapa bisa lo seceroboh ini? Gimana nih..? Dia masih idup kan?"

Boyfriend For RentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang