04

1.2K 148 6
                                    

Yin termenung diantara dua manusia yang sejak tadi berusaha menyadarkannya.

"Gimana? Apa lu tertarik?" tanya seseorang, namun matanya langsung melirik yihwa.

Yihwa paham atas tatapan yin. Dia juga baru tahu kalau temannya menawarkan kerjaan yang tidak terduga seperti ini. Jika dia tidak datang bersama mungkin dia selamanya tidak akan tahu.

yihwa tertawa canggung, "Hahah.. kasih temen gue waktu buat mikir dulu ngapa?! buru buru amat.." sahut yihwa menepuk pundak temannya.

"perusahaan gue lagi butuh orang cepet. Kalo temen lo nolak gue bakal cari yang lain." balas temannya yihwa.

Yin menelan ludah kering dan menatap dengan tatapan kosong. Memang benar gaji yang ditawarkan begitu menggiurkan, bahkan mungkin sebulan saja dia bisa melunasi hutang hutang ayahnya dan dia tidak perlu stress lagi. Tapi pekerjaan ini .. bukankah sama saja dia sedang menjual dirinya?

Melihat keraguan di mata yin, teman yihwa lalu menjelaskan lagi.

"lo gausah khawatir. lo cuman nemenin mereka doang ko. lo bisa nolak, lo ga perlu ngelakuin semua yang customer lo minta. Gue jamin, ini kerjaan aman dan bersih."

Yin mendesah, batinnya masih bertikai memutuskan apa yang harus ia lakukan.

"ini kerjaan bebas ko, lo ga bakalan di kontrak apa apa. lo cuman gue kirimin orang. Setelah tugas lo beres, gue langsung transfer bayaran lo sesuai persenan kesepakatan kita aja. Buat wajah kaya elo gue yakin bakalan banyak yang datang dan ngasih tips gede gede buat elo... apalagi lo masih fresh gini." orang itu masih berusaha meyakinkan yin.

yin meremas kepalanya dan mendesah berat. Jujur saja ini terlalu berat. Dia memang pernah berkata, jika dia akan menerima pekerjaan apapun. Tapi ini.. begitu mengejutkan baginya.

Dia berkerja dengan otak dan tenaga. Dia tidak bekerja dengan tubuhnya apalagi harus memuaskan hasrat seseorang demi sebuah bayaran..

Yin melirik wajah yihwa yang menatapnya dengan tatapan maaf.

akhirnya yin bangkit dari kursi, lalu menjulurkan tangannya di hadapan teman yihwa. Orang itu menerima dengan senyum mengira sudah berhasil membujuknya,namun yin malah meminta maaf.

"Sorry.. gue gabisa terima tawaran kerja ini. Gue bener bener gabisa ngelakuin ini." katanya lalu pamit pergi, namun orang itu menahannya sebentar.

"Ini!" orang itu menyerahkan kartu ID nya.  "kalo mungkin nanti lu tertarik dan butuh kerjaan, lu bisa hubungi nomer disana. Gue bakalan bantu elo sebisa mungkin."

yin mengangguk dan berterimakasih. dia lalu melirik yihwa.

"duluan." katanya singkat lalu bergegas pergi.

------------------------------------

War melamun di kamarnya dengan bete. Dia sudah bersiap siap pergi. Ya, hari yang paling ia tidak tunggu tunggu tiba.

"nak.. pack sudah menunggu dibawah.."

War mendesah. Bagaimana bisa waktu seminggu tiba dengan begitu cepat. Dia bahkan tak sadar dan tak tahu selama satu minggu telah mengerjakan apa saja.

Dia kira semua akan kembali seperti semula. Bahwa pertemuannya dengan pack waktu itu hanyalah mimpi. Dia kira pack akan pergi menjauh darinya namun ternyata keadaan semakin memburuk.

Pack telah mencuri hati ayahnya, dan ibunya-

war cemberut, tak ada kata darinya lagi yang membuat kedua orangtuanya mau percaya dan mendengarkannya. Bahkan setelah ibunya mendengar cerita war dan war sudah bersikeras menolak, ibunya tetap meyakinkan war untuk mencoba memaafkan dan membuka hari baru melupakan semuanya. War kecewa dan tak tahu harus mengatakan apa lagi supaya ada yang percaya padanya jika pack bukanlah orang sempurna seperti yang ia perlihatkan.

Boyfriend For RentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang