Akhirnya telah sampailah pada puncaknya.
Begadang lalu kemudian bercucuran air mata tengah malam sembari terbaring diatas kasur yang membuat basahnya bantal adalah suatu bentuk perayaan termiris.
Entah apa lagi yang menyebabkan tangis.
Sampai tembok yang menjadi ruangan teman setianya pun meringis.
Sudah terlalu sering menyaksikan puannya tersedu.
Seiring berotasinya bumi, puan yang menangis pun tak jemu-jemu.
Tak kenal siang atapun malam.
Jika setitik hatinya terluka tetap akan menangis.
Manusia lain tak ada tahu.
Hanya semesta bisu lah yang mengetahui segalanya.
Sedangkan puan ini malah memohon pada semesta yang serba tahu agar hendak memberitahu pada orang yang dituju puan.
"Semesta, beri aku bahagia dengannya." Mohon puan pada semesta.
Tapi semesta enggan.
Semesta tetap bisu.Bdg, 12 Mei 2020
-semestarf
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Rasa
PoetryKumpulan rasa yang tak terlisankan namun teraksarakan. Yang mencoba jenjam dengan kenyataan walau menyembilu. Dan akhirnya, menerimalah yang menjadi keharusan.