Chapter 4

77 10 0
                                    

Annyeonghaseyo yeorobun! Cerita diupdate setiap hari Senin dan Kamis.

Selamat membaca, enjoy!
.
.
.

Seorang laki-laki berdiri mematung disamping mobilnya mengamati sebuah rumah yang terihat tak berpenghuni, berulang kali laki-laki itu menatap layar ponselnya melihat apakah seseorang membalas pesannya. Sudah lebih dari 2 jam dia mematung ditempatnya, tapi tak satupun pesan yang dikirimkannya terbalas. Seseorang juga tak keluar dari dalam rumah, suasananya masih sama terlihat sangat sepi.

Namun, kenyataannya rumah itu tak benar-benar kosong, seorang perempuan berdiri dibalik jendela dan menatap laki-laki yang terdiam begitu lama ditempatnya. Ponsel yang digenggamnya terus bergetar menerima pesan yang terus menerus masuk. Seulgi, menatap layar ponselnya dan membaca pesan yang dikirimkan Jimin 'kau tidak mau menemuiku? Baiklah aku akan tetap disini walau sampai pagi'

Hanya helaan nafas kasar yang dikeluarkannya, dia belum siap bertemu dengan Jimin, masih terlalu sakit untuk berbicara pada laki-laki yang menolak untuk menikahinya itu. Dengan langkah gontai, Seulgi membaringkan tubuhnya disebuah ranjang queen size miliknya, matanya terpejam dan akhirnya dia tertidur.

Hampir 3 jam Seulgi terlelap dalam tidurnya, dia terlalu lelah hari ini. Lelah dengan pekerjaannya dan lelah memikirkan bagaimana cara untuk menghindar dari Jimin. Mata Seulgi mulai terbuka, direnggangkannya tubuhnya dan perlahan bangkit dari tidurnya untuk duduk. Ruangan kamarnya tampak sangat gelap, hanya cahaya lampu dari luar yang remang-remang menjadi penerangan kamar itu.

Hoam, Seulgi kembali menguap dan meraih ponsel nya. Dia belum beranjak dari posisi duduknya, matanya memincing mencoba melihat notifikasi pada layar ponselnya. Terdapat 50 pesan dan 15 panggilan tidak terjawab dari Jimin. Drrtt..ponsel bergetar kembali dan ada pesan baru yang masuk

'apakah kau benar-benar tidak ada dirumah? Kenapa rumahmu masih sepi sekali?' Seulgi terkejut membaca pesan itu, tubuhnya beralih cepat menuju jendela dan dilihatnya Jimin masih berdiri diposisinya. Bahkan sudah 5 jam dia berdiri disana, sekarang sudah menunjukkan pukul 01.00 PM dan dia masih tetap disana sendirian, memandang kearah rumah Seulgi.

Jimin, laki-laki itu benar-benar melakukan apa yang dikatakannya. Dia masih berdiri disana mematung, malam yang semakin larut bahkan hampir berganti menjadi pagi haripun tak membuatnya beranjak pergi. Seulgi berlari menuruni anak tangga, kedua tangannya sibuk mengenakan sebuah coat tebal ditubuhnya.

Klekk.. pintu terbuka, Seulgi berjalan keluar dan menghentikan langkahnya saat matanya bertemu dengan mata Jimin. Raut wajah Jimin pucat dan dia hanya tersenyum lesu kearah Seulgi, rasa khawatir dan bersalah menyeruak kedalam diri Seulgi. Bagaimana bisa dia membiarkan laki-laki yang begitu ia cintai dalam keadaan seperti ini. Kembali melangkah, Seulgi mendekat pada Jimin dan benar saja laki-laki itu seketika memeluk erat Seulgi. Dapat Seulgi rasakan badan Jimin begitu dingin, dia hanya mengenakan setelan jas untuk menahan dinginnya angin malam.

"maafkan aku" ucapan lirih Jimin berhasil membuat Seulgi merasa sangat bersalah, sesak rasanya mendengarnya. Seulgi tak bergeming, dia terdiam tak menjawab Jimin.

"maafkan,maafkan aku. Kumohon" Jimin mengeratkan pelukannya pada Seulgi dan merasakan sebuah air mata jatuh dari matanya.

Seulgi, perempuan itu begitu terluka dengan perkataan dan perlakuan Jimin padanya, masih segar diingatannya bagaimana Jimin mengatakan bahwa dia konyol dan tentang cengkraman tangan Jimin yang membekaskan rasa sakit dipergelangan tangannya. Hancur, perasaan kesal semua itu hancur menjadi rasa bersalah yang amat dalam. Tangan Seulgi membalas pelukan Jimin, mendekap erat tubuh Jimin dan dirinya mulai terisak.

Happy Without MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang