Chapter 1

232 23 1
                                    

Annyeonghaseyo yeorobun! Cerita diupdate setiap hari Senin dan Kamis.

Selamat membaca, enjoy!

.

.

.

Angin berhembus kasar menerpa seorang gadis yang berdiri dalam diamnya disebuah halte bus. Kedua tangannya dimasukkan kesaku coatnya untuk menahan rasa dingin yang mulai terasa menusuk seluruh tubuhnya. Sesekali pandangannya beredar mengamati beberapa kendaraan yang melaju melewatinya. 

"dimana dia?" gumamnya

Tak lama gadis bermonolid itu berbalik dan mendudukan dirinya pada sebuah bangku, setelah hampir setengah jam dia berdiri mematung. Ditarik tangannya dari dalam saku dan mencoba mencari sebuah benda didalam tas yang dibawanya, sebuah ponsel berwarna hitam kini tergenggam olehnya. Layar ponsel menunjukkan pukul 08.00 PM dan tidak ada notifikasi lain disana, gadis itu menghela nafas kasar dan memasukan kembali ponsel kedalam tas. Matanya kembali beredar melihat jalanan yang mulai lebih ramai dari sebelumnya, mungkin karna ini jam pulang kantor sehingga volume kendaraan lebih banyak dari jam sebelumnya.

15 menit berlalu dan gadis itu masih diam dalam duduknya, karena merasa tubuhnya mulai membeku ia memutuskan untuk bangkit dan meninggalkan halte yang sudah genap 45menit dia tempati.

"maaf aku terlambat" suara terdengar membuat gadis itu menghentikkan langkahnya dan berbalik menuju arah suara, didapatinya seorang laki-laki berkulit putih rambut hitam pekat berbibir tebal mengenakan sebuah coat berwarna hitam tengah menatapnya.

-Seulgi POV-

Benar-benar sudah berubah, apa yang kurasakan saat ini sudah tak sama seperti dulu. Kulihat sosok laki-laki yang pernah mengisi hari ku selama kurang lebih 3 tahun. Pandangannya masih sama saat menatapku, hanya dia tidak tersenyum lagi seperti dulu kini raut mukanya lebih tegas dan terlihat sedih. Apakah dia benar-benar sedih setelah semua yang terjadi pada kami? Atau rasa sedihnya hanya datang ketika kami bertemu? Entah tapi aku benar-benar melihat sosok dirinya yang berbeda dari sebelumnya.

Kubalikkan sempurna badanku menghadap dirinya, tatapan kami saling bertemu. Jarak antara aku dan laki-laki itu hanya beberapa langkah tapi aku merasa jika jarak kami sebenarnya lebih jauh dari yang terlihat. Tak satupun dari kami bersuara, hanya suara deru kendaraan yang dapat terdengar disekitar kami.

"apakah kita hanya akan seperti ini jim?" menatapnya terlalu lama membuatku mengingat rasa sakit itu, dadaku tiba-tiba sesak setiap mengingat perlakuannya padaku. Kurasa aku muak berada dalam kondisi seperti ini untuk kesekian kalinya. 

Park Jimin, laki-laki yang berdiri dihadapanku adalah mantan kekasihku. Kami berkencan selama 3 tahun, dan apakah aku pernah merasa bahagia setelah tahun pertama kami memutuskan berkencan? Tidak, semua hal manis yang dirasakan pasangan kekasih hanya ditahun pertama kurasakan saat kami bersama. Dia begitu manis, kami berangkat bersama menuju kantor, dia selalu mengajakku makan diluar, sesekali kami berlibur melihat pantai, dia menggendongku ketika aku tak kuat menaiki anak tangga menuju rumah, dia selalu memelukku ketika aku merasa frustasi, dan dia laki-laki yang rela berlari lebih dulu kearahku setiap aku memiliki masalah. Begitu manis hubungan kami ditahun pertama, setelahnya ketika aku mulai menetapkan hatiku sepenuhnya untuknya dan memintanya untuk menikahiku semua berubah. Dia masih bersikap manis, tapi dia juga menjadi kasar setelahnya. Kami sering bertengkar hebat hanya karna masalah kecil, semua yang kukatakan tak dia dengar dan semua yang kulakukan adalah kesalahan. Aku terlalu takut sampai tak sadar dibawah kendalinya, rasanya takut sangat takut. Entah apa yang kutakutkan, takut kehilangannya atau takut mati ditangannya.

Happy Without MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang