1+2

105 44 54
                                    


Pagi ini Joy sudah bersiap untuk pergi ke sekolah. Sekarang ia baru saja menyelesaikan sarapannya dan celingukan mencari sang Ayah.

"Ayah kemana, Bun? Tumben ngga sarapan bareng?" tanya Joy pada Bundanya yang sedang mencuci piring bekas mereka sarapan.

"Ayah berangkat duluan tadi pagi, ada urusan mendadak," jawab Ayu santai.

"Terus Juli berangkat sekolah sama siapa?!"

Wajah Joy panik seketika mengingat dia belum hafal jalan menuju sekolahnya.

Kemarin pas berangkat, gue ngga fokus liat jalan saking gugupnya ngebayangin yang nggak-nggak di sekolah.

Terus pulangnya, gue sibuk nelpon Ayah sambil terus ngoceh kenapa harus pulang sama si Udin.

"Kata Ayah, nanti kamu berangkatnya sama Langit aja. Nanti Langit kesini bentar lagi," jawab Ayu masih sibuk membereskan meja makan.

"Langit ngga seru kayak waktu dulu ah, Bun," keluh Joy.

"Emangnya kenapa?"

"Jadi sok cool gitu, Bun."

"Dia udah dewasa sekarang, ngga kayak kamu yang masih anak-anak gini," ledek Bundanya.

Joy merengut kesal. Tapi bagaimanapun juga ada benarnya perkataan sang Bunda, dan Joy mengakuinya.

"Terserah Bunda aja deh, Juli mau nunggu di luar."

Tiba-tiba Gatot menghampiri Joy, menggeliat manja di kakinya. Joy menggendongnya gemas. Ide jahil pun terlintas di pikirannya.

⛅⛅⛅

Langit membuka pagar rumah Joy sambil terus memandang layar ponselnya itu. Tanpa tahu jika Gatot sudah berada di sampingnya yang tengah mengeong.

Cowok jangkung itu sudah sampai di teras rumah Joy. Tapi perhatiannya masih terfokus pada benda pipih berbentuk persegi panjang miliknya.

"Oy, sibuk amat bos. Awas nabrak tuh." Sindir Joy.

Langit mengalihkan perhatian nya pada Joy. Menatap tajam cewek yang sedang duduk di bangku terasnya sambil terus senyum-senyum tak jelas.

Satu kata yang terlintas dipikiran Langit. Aneh. Dan kini Joy malah tertawa terbahak-bahak sambil menunjuk-nunjuk kaki Langit.

"Je," panggil Langit lirih setelah melihat apa yang Joy tunjuk.

Kucing hitam milik Joy itu sedang memainkan tali sepatu Langit hingga hampir terlepas. Membuat Langit mematung sampai tak berani bergerak sedikitpun.

"Bawa dia," titah Langit masih tak berkutik, " Bawa atau gue in-"

"Jangan jahat dong, Gatot juga masih mau hidup," ucap Joy sarkas. Ia menggendong Gatot layaknya bayi.

"Gatotku sayang, aku berangkat sekolah dulu ya." Joy mengelus-elus perut Gatot.

Langit sedari tadi sudah bergidik ngeri semenjak Joy menggendong Gatot. Matanya sontak melotot ketika Joy mengangkat Gatot tepat ke depan wajahnya.

"Gatot mau salaman sama Lo nih,"

"Ogah," tolak Langit.

"Tapi dia pengen banget, Lang. Ayo salaman dulu."

"Ngga, Je."

"Ayo dong," Joy tetap memaksa Langit.

Cewek itu mendekati Langit yang perlahan berjalan mundur. Tepat ketika Gatot mengeong dengan refleks Langit langsung lari menjauh dan kejar-kejaran pun terjadi. Hingga akhirnya.

J³ + L²Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang