Langit berlari kencang menuju UKS. Ia tak peduli pada orang-orang yang melihatnya aneh karena berlari di sepanjang koridor sekolah.
Ia terengah ketika sampai di depan ruangan tersebut. Dibukanya pintu itu perlahan dan seseorang yang pertama kali ia lihat adalah seorang cowok.
Azzam yang sedang bersandar pada dinding dekat pintu menoleh untuk melihat siapa yang baru saja datang. Lalu ia bergantian melirik Langit dan Ica yang posisinya berada di sebelah ranjang Joy.
"Eh ada Langit, ini tadi Joy pingsan tapi belum bangun sampe sekarang," ujar Ica yang baru menyadari keberadaan Langit.
Langit hanya mengangguk lalu menghampiri ranjang Joy. Dilihatnya wajah Joy yang biasanya tersenyum manis itu kini tak ada ekspresinya sama sekali.
"Kenapa pingsan?" tanya Langit tanpa melepaskan pandangannya dari Joy.
Ica menarik nafas dalam-dalam sebelum akhirnya menceritakan semua kejadian yang membuat Joy tak sadarkan diri.
"Tadi ada kak Radit?"
"Ada cuma tadi dipanggil kepala sekolah pas udah gotong Joy kesini."
"Gotong gimana?" tanya Langit yang raut wajahnya sedikit kaget.
Tahu akan kebingungan Langit, Ica menjawab, "Ya digotong pake tandu, Lang, tuh dibantu sama Azzam juga."
Langit menghela nafas lega. Ica terkekeh pelan. Pasti ada sesuatu diantara Langit dan Joy, pikir Ica.
"Tadi dia bilang sakit perut?"
"Iya, perutnya kram terus mungkin karena udah ngga kuat nahan dia jadi pingsan," sesekali Ica melirik ke arah Azzam.
"Kalian pulang aja ke kelas, biar gantian gue yang jagain dia disini," kata Langit yang akhirnya menatap Ica.
"Tapi Lo juga mau masuk kelas kan?"
Di SMA Adiwijaya, ada lima pelajaran setiap harinya untuk kelas 11 dan kelas 10. Sementara kelas 12 hanya ada empat pelajaran per-hari. Dan setiap selesai satu pelajaran, murid-murid akan mendapat waktu istirahat selama 30 menit.
"Gampang," ucap Langit enteng.
"Yaudah deh gue sama Azzam ke kelas dulu sekalian mau lapor ke Bu Angel," Ica memasang tampang malas ketika menyebut nama guru tersebut.
"Nanti gue balik lagi kesini pas istirahat kedua," kata Ica sebelum akhirnya meninggalkan UKS bersama Azzam. Tentunya berjalan dengan berjaga jarak.
Langit masih bertahan di tempatnya. Duduk di samping ranjang Joy. Berharap agar cewek tersebut segera membuka matanya.
Lima menit berlalu, namun belum ada tanda-tanda Joy akan bangun.
Langit kebingungan sendiri. Sebenarnya bukan hanya bingung, ia pun ketakutan. Takut mengakui jika Joy sudah tidak bernafas lagi. Ia meletakkan telunjuknya di hidung Joy untuk memastikan.
Dia nafas ga sih?
Kok kayak gaada hembusan nafas gini.
Tapi keliatannya dia masih ngehirup oksigen.
Lu kenapa sih, Langit?!
Entah mengapa Langit frustasi pada dirinya sendiri. Sebenarnya ia hanya terlalu khawatir pada Joy. Khawatir akan kejadian lama terulang lagi.
Ditengah kegelisahannya, Langit melihat kedua kelopak mata Joy yang perlahan terbuka. Sontak Langit berdiri dari duduknya lalu tanpa sadar mengusap pelan pucuk kepala Joy.
"Je, perutnya masih sakit?" tanya Langit lembut.
Pertanyaan Langit tidak dijawabnya. Joy masih mencerna apa yang telah terjadi. Matanya masih samar untuk sekadar melihat siapa yang ada didepannya. Tapi ia mengenali suara yang memanggilnya dengan lembut itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
J³ + L²
Teen FictionIni semua tentang Joy. Gadis pecinta warna hijau yang memberi beribu kebahagiaan untuk Langit. Yang membuat hati Langit luluh meskipun ia selalu saja menyangkalnya. Ada perasaan yang sulit untuk diungkapkan. Tapi ketika semuanya telah tersampaikan...