Joy baru selesai makan malam. Saat ini dirinya sedang membantu Bundanya merapikan meja makan.
Tiba-tiba Joy teringat sesuatu, "Bunda, kok tadi Langit sih yang jemput?"
"Oh, tadi waktu Bunda selesai telpon kamu, Langit telpon nanyain kamu udah ada di rumah belum terus minta maap baru ngasih tau Bunda kalo kamu kerja kelompok, jadi Bunda suruh Langit aja yang jemput kamu soalnya Ayah baru aja nyampe, kan kasian kalo disuruh pergi lagi," jelas Ayu sambil mencuci piring.
"Masih inget amanah juga ternyata," gumam Joy pelan.
Setelah kegiatannya di meja makan selesai, Joy pergi ke kamarnya. Merebahkan tubuhnya di atas kasur yang merupakan tempat favoritnya.
Ia pun akhirnya tenggelam dalam pikirannya. Tapi sedetik kemudian ponselnya berdering yang membuat kesadaran Joy kembali dan dengan terpaksa bangkit dari kasurnya. Keningnya mengerut.
Ica?
Ngapain telpon malem-malem?
Dengan penuh malas, Joy pun mengangkat panggilan dari Ica.
"Halo."
"Hai Joy nya Langit!"
"Ih apaan sih?! Ngapain malem-malem telpon? Gue ngantuk nih."
"Lah kan Lo utang penjelasan ke gue, jangan pikun sebelum waktunya, Joy."
"Malah ngedoain lu mah."
Ica terkekeh diseberang sana. Sebelum akhirnya Joy menceritakan kisah persahabatannya dengan Langit sejak pertama kali mereka bertemu di tempat les sewaktu SD.
⛅⛅⛅
Joy baru saja bangun dari tidurnya ketika bel pulang sekolah berbunyi. Tak peduli apakah tadi ada guru atau memang sedang jamkos. Ia langsung membereskan alat tulisnya yang sedari tadi hanya menghiasi mejanya dan tidak digunakan sama sekali lalu memasukkannya ke dalam tas. Seluruh teman kelasnya sudah pergi, meninggalkan Joy sendirian di dalam kelas.
Dan biasanya Joy akan berdiam diri di depan kelasnya untuk menunggu Langit datang dan akhirnya pulang sekolah bersama. Tapi entah kenapa kakinya menyeret Joy untuk berjalan menuju kelasnya Langit.
Namun, Joy mendapati bahwa kelas IPA 1 kosong melompong, sudah tidak ada lagi murid di dalamnya. Aneh. Padahal biasanya kelas ini pulang paling terakhir sampai-sampai Joy harus menunggu Langit lama sekali hingga pegal dan akhirnya berakhir dengan jajan di kantin setiap harinya.
Joy pun berlari menuju halte sekolah, mungkin saja Langit sudah menunggu disana, pikirnya. Namun, saat ia tiba tak ada siapapun disana. Ia terduduk di bangku halte. Langit kemana?
Hingga waktu hampir petang, Joy masih duduk melamun di halte. Ia bukan tipe orang yang kemana-mana bisa sendiri. Ia butuh seseorang untuk menemani. Maka dari itu ia tetap bertahan di halte meski sudah banyak bus yang datang dan pergi sedari tadi.
Ponselnya entah kemana, sepertinya ia lupa tidak membawanya. Andai saja ada, pasti ia sudah menghubungi banyak orang sejak tadi.
Kelihatannya sekolah sudah sepi, jalanan pun lengang, tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa bus akan datang kembali. Tapi, terlihat seseorang dengan pakaian serba hitam mendekat ke arah halte. Wajahnya pun tertutupi masker berwarna hitam.
Joy berkeringat dingin, tangannya gemetar karena ketakutan. Matanya sudah berkaca-kaca dan akhirnya ia menunduk sambil menutup matanya. Meski begitu ia tetap berpikir positif dan terus merapalkan doa dalam hatinya.
Suara langkah kaki mendekat terdengar. Joy ingin berlari sekencang-kencangnya pergi dari sana, namun tubuhnya terasa kaku, tak bisa digerakkan.
Tes...
KAMU SEDANG MEMBACA
J³ + L²
Teen FictionIni semua tentang Joy. Gadis pecinta warna hijau yang memberi beribu kebahagiaan untuk Langit. Yang membuat hati Langit luluh meskipun ia selalu saja menyangkalnya. Ada perasaan yang sulit untuk diungkapkan. Tapi ketika semuanya telah tersampaikan...