"Gue gabisa ikut."
"Kan Lo ketua kelompoknya masa ngga ikut sih?!"
"Gue kerjain sisanya di sekolah."
Joy mendengus kesal. Hari ini ada tugas sastra Inggris untuk dikerjakan secara berkelompok. Dirinya sangat senang ketika mengetahui bahwa ia sekelompok dengan Ica. Tapi kebahagiaannya sirna tatkala nama Azzam disebut untuk menjadi ketua kelompoknya.
Joy sebenarnya tau mengapa Azzam enggan untuk datang ke rumah Clarissa. Dia memang selalu menjaga jarak dengan perempuan. Tapi ayolah, ini kan kerja kelompok bukan untuk main-main. Sekarang pun Joy dan Ica yang menghampiri meja Azzam.
"Gue udah nyuruh kerjain di sekolah biar ga ribet," Azzam membela diri.
"Kan kita harus nyari referensi materi nya dulu dan itu butuh internet, Lo tau sendiri kan pak Yanto pelit banget ngasih password Wi-Fi. Aneh, anak OSIS aja dikasih, kita yang warga biasa kagak, dasar pilih kasih," cerocos Ica.
"Lagian kata Ica di rumahnya ada Wi-Fi, deket sama toko alat tulis lagi," Joy menambahkan.
Azzam berpikir sebentar. Sebenarnya bukan karena tempatnya di rumah Ica, tapi sore ini ia harus ikut ayahnya ke pengajian ibu-ibu untuk menjadi tilawah Al-Qur'an sebagai pembuka acara. Jika ia menolak, tamat sudah riwayatnya nanti.
"Gue gabisa," tolak Azzam lagi.
"Yaudah nanti besok dateng pagi-pagi loh, kerjain sisanya ya, Zam," kata Joy pada akhirnya.
Azzam mengangguk malas. Menggerutu di dalam hati mengapa harus sekelompok dengan perempuan rempong seperti mereka. Jika bukan membicarakan tentang pelajaran, mana mungkin dia mau diajak berbicara seperti tadi. Sadar jika ia sudah menggerutu, ia pun beristighfar dalam hati.
"Udah kan? Sana balik ke tempat, udah masuk pelajaran matematika."
Azzam merasa terganggu ketika dua perempuan ini masih tetap berdiri dihadapannya tatkala percakapan mereka telah berakhir. Dengan langkah yang dihentakkan Joy kembali ke mejanya begitu pun Ica yang tersenyum miring saat Joy memandangnya.
⛅⛅⛅
Dan disinilah Joy saat ini. Di dalam kamar Ica, menonton drakor sambil makan kuaci setelah menyelesaikan seperempat tugas kelompoknya.
Di luar sedang hujan deras. Tadinya Joy akan diantar pulang oleh Ica dengan mengendarai motor. Namun tiba-tiba hujan turun sangat deras saat mereka hendak keluar rumah.
Drttt
"Joy, ini Bunda lo telfon," ujar Ica yang baru masuk kamar setelah mengambil beberapa cemilan.
Sepertinya Joy tidak mendengar dering dari HP-nya yang ada di atas meja belajar Ica, karena panggilan Ica pun kini terabaikan olehnya.
Ica menghela nafas. Ia mengambil HP Joy lalu menyodorkan nya ke depan wajah pemiliknya yang membuatnya langsung mengalihkan pandangannya ke arah Ica.
"Itu bunda lo telfon."
"HAH?!"
Ica tersentak. Ia lantas menabok pelan lengan Joy. Suara menggelar Joy benar-benar membuatnya kaget.
"Ca, gue belum izin ke Bunda buat kerja kelompok," cicit Joy.
"Udah angkat aja dulu, jelasin buruan."
Joy menggeser ikon berwarna hijau di HP-nya ke atas lalu menekan tombol loud-speaker yang bertujuan agar Ica ikut mendengarkan apa yang nanti Bundanya katakan.
Tapi nyatanya Ica lebih memilih fokus pada laptopnya ketimbang ikut mendengarkan percakapan ibu dan anak nya yang wajahnya sudah memelas.
"H-halo assalamualaikum," meski tau akan dimarahi, ia tetap tak melupakan salam sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
J³ + L²
Teen FictionIni semua tentang Joy. Gadis pecinta warna hijau yang memberi beribu kebahagiaan untuk Langit. Yang membuat hati Langit luluh meskipun ia selalu saja menyangkalnya. Ada perasaan yang sulit untuk diungkapkan. Tapi ketika semuanya telah tersampaikan...