"Sayang...bangun..."
Sang Bunda terus mengetuk-ngetuk pintu kamar putrinya. Entah sudah berapa kali ia bolak-balik kesini untuk membangunkan si tukang tidur ini.
"SI JULI BELUM BANGUN BUN?" Terdengar teriakan dari sang Ayah yang berada di ruang tamu di lantai bawah.
"BELUM YAH. AYO BANTUIN BUNDA BANGUNIN DONG, CAPEK NIH. KALO SAMA AYAH PASTI DIA BANGUN," kali ini teriakan dari Bunda yang menggema.
Tak lama kemudian pria itu menghampiri istrinya yang menatap kesal ke arahnya.
"Tuh bagian Ayah yang bangunin. Bunda udah dari jam 6 pagi bangunin dia. Bunda mau bikin kue dulu," setelah berkata demikian Bundanya langsung berjalan menuruni tangga.
Ayahnya mencoba membuka kenop pintu kamar putrinya. Terkunci. Dan ini akan semakin susah untuk membangunkan cewek yang ada didalamnya.
Satu...dua...tiga...
"JULI!! BANGUN HEI ADA KEBAKARAN!!! ADA KEBAKARAN!!!" Ayahnya berteriak sambil terus menggedor-gedor pintu kamar.
Tidak ada suara apapun yang terdengar dari dalam kamar. Ayahnya menghela nafas. Putrinya ini memang benar-benar.
Sementara itu, Bunda yang berada di dapur tertawa kecil mendengar teriakan dari mulut suaminya itu.
"Mau ada kebakaran pun sepertinya Juli akan tetap berada dalam mimpi indahnya," Bundanya bergumam sambil terus mengaduk adonan kue.
⛅⛅⛅
"Hoaaaaamm....."Sang putri tidur kini sudah bangun dari tidur panjangnya meskipun matanya masih tertutup sempurna.
"Jam berapa ini?" Juli bertanya pada dirinya sendiri.
Sambil terus-terusan menguap, tangannya berusaha menggapai jam beker yang berada diatas nakas disamping kasurnya.
"Argh, mana sih?!"
Joy masih terus mencarinya tanpa membuka matanya sedikitpun. Yang pada awalnya hanya meraba-raba hingga pada akhirnya kesabarannya habis, ia pun memukul-mukul nakas.
BRUKK
KRIIING
"ANJIM!" Kata kasar akhirnya terlontar dari mulut Joy yang kini dipenuhi kekesalan.
Suara beker memaksanya untuk membuka mata dan membuatnya harus bangkit dari kasur empuknya. Setelah melihat bahwa waktu menunjukkan pukul setengah sembilan ia pun kembali berbaring di kasur.
"Ah masih pagi, mau mimpi indah lagi aja ah," dia pun menutup matanya kembali.
Tapi....
"Aduh mules. Aduh ngga kuat mau ke kamar mandi," secepat kilat ia turun dari ranjang.
"Ih ngapain gue kunci ini pintu sih? Ngeribetin aja dah," sambil terus mencerocos tak jelas dia berusaha membuka pintu.
"Ah kebuka juga," setelahnya ia pun berlari menuju kamar mandi.
"PAGI BUNDA! PAGI AYAH!"
BRAKK
Suara pintu kamar mandi yang ditutup dengan keras sontak membuat kedua orang yang sedang menonton televisi itu terlonjak kaget.
"Bangun juga itu anak."
"Palingan mules tuh. Soalnya waktu malem dia masak samyang," kekeh Bundanya.
"Pantesan."
Setengah jam kemudian, suara pintu kamar mandi terbuka, menampilkan wajah kusut seorang Juli. Dia berjalan menghampiri kedua orangtuanya lalu duduk di sebelah Bundanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
J³ + L²
Ficção AdolescenteIni semua tentang Joy. Gadis pecinta warna hijau yang memberi beribu kebahagiaan untuk Langit. Yang membuat hati Langit luluh meskipun ia selalu saja menyangkalnya. Ada perasaan yang sulit untuk diungkapkan. Tapi ketika semuanya telah tersampaikan...