2. Membenciku?

353 223 417
                                    

Laju mobil kini semakin jauh, terlihat lebih kecil dan hilang dari pandangan, seorang gadis menatapnya dengan lesu.

"Neng Nana, lagi ngapain? Ayo masuk, bibi udah bikin sarapan," ujar Bi Inah, tapi gadis di hadapannya bergeming, gadis itu masih memperhatikan jalanan.

Bi Inah mengusap bahu Nao pelan. "Neng, ayo masuk," dan beralih mengusap jari-jarinya. "Nanti secepatnya Den Agam pulang, kok."

Nao mengangguk pelan, ia berjalan masuk dengan tangan yang di genggaman Bi Inah di sampingnya.

Agam pergi untuk sekolah, itu membuat Nao sedih, tidak ada teman yang mengajaknya bermain. Bi Inah mengurus pekerjaan rumah, jika terus bermain dengannya pekerjaan rumah siapa yang membereskan? Ibu pergi kerja, hanya ada waktu libur saja dia di rumah.

Bubur hangat yang disajikan Bi Inah kini sudah habis dilahap, Nao turun dari kursinya, ia berjalan mendekati kaca besar berisi warna-warni ikan hias di sana, ia menempelkan bibirnya di kaca itu, lalu ... Menggigitnya.

Bi Inah yang melihat itu langsung membawa Nao ke ruang keluarga, ada banyak mainan di sana. Bi Inah menyalakan TV, semoga saja Nao betah di sini. Bi Inah izin keluar untuk membereskan pekerjaan dapur yang belum selesai. Tinggallah Nao sendirian di ruangan itu.

"Ah, iyakah? Pintar kamu ya, haha."

"Iya tante, aku diajari sama mama,"

Suara obrolan itu menggema di ruang tamu, membuat Inah yang semula berkutat dengan alat pel kini menghampiri suara itu, rupanya sang majikan sudah pulang, dan membawa ... Siapa dia Inah tidak tahu.

"Ibu sudah pulang," sapanya.

"Iya Inah, dimana Nao? Aku bawa Siska, tetangga baru kita di seberang sana," ujar Hana, "semoga dengan adanya Siska, Nao bisa berkomunikasi baik," lanjutnya.

"Neng Nana ada di atas, bu, di ruang keluarga," jelas Inah.

"Kamu ke atas dulu, nanti tante nyusul setelah bersih-bersih, ya." Hana mengusap lembut surai hitam milik gadis itu.

"Iya tante," jawabnya antusias dengan senyum yang mengembang di bibirnya

Siska berjalan menuju lantai atas, ruangan yang berada di antara dua kamar, ia melihat sekelilingnya, banyak mainan di sini, ia meletakkan kucing abu-abu yang dibawanya dari rumah. Siska berjalan ke arah TV yang menyala, tidak ada orang disini.

"Nao," panggilnya, tapi tidak ada sahutan dari si pemilik nama. "Kamu dimana?" katanya lagi.

Siska memilih duduk di lantai yang dibalut dengan karpet bulu sambil bermain boneka, sesekali ia memperhatikan layar TV yang menayangkan film anak-anak.

Tiba-tiba terdengar suara kucing yang mengeong begitu keras di ikuti benda jatuh yang dirasa bukan benda ringan. Siska melupakan kucingnya, ia mencari-cari keberadaan kucing abu-abu miliknya, suara erangannya perlahan hilang, di ikuti tawa anak yang menggema di lantai atas. Siska menangis, ia ketakutan.

Datanglah Hana dengan membawa nampan berisi coklat panas, "Siska kenapa? Kok nangis?" tanyanya.

Hana meletakkan nampan itu di meja kecil sebelah TV. Hana menanyakan di mana Nao, tapi Siska menggeleng lemah tanda ia tidak tahu. Siska menceritakan apa yang barusan ia dengar pada Hana.

Autism Opens the WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang