13. Penguntit

42 24 86
                                    

Gebrakan kecil dari atas meja menggema di ruangan bernuansa abu-abu itu, pria yang memakai jas hitam menyesap rokoknya dalam-dalam, kemudian kepulan asap itu keluar dari mulut juga lubang hidungnya, menerpa seseorang yang tengah berdiri di depannya.

“Kamu cari tahu siapa gadis itu ... lalu, singkirkan dia.” Pria berjas hitam itu berkata dengan tegas.

Seseorang yang berdiri memakai pakaian serba hitam itu mengangguk patuh, kemudian berlalu keluar dari ruangan itu.

***

Bel pulang sekolah berbunyi tanda jam pelajaran usai. Siswa-siswi berebut keluar pintu kelas lebih dulu, tapi tidak berlaku bagi Naomi.

Gadis itu masih duduk di tempatnya dan memandang jendela, pohon yang berada di taman belakang terlihat bergerak mengikuti tiupan angin.

Kelas mulai sepi, hanya Nao seorang diri yang berada di kelas itu. Nao membuka ponselnya yang bergetar.

Satu pesan masuk dari kakaknya, Agam. Agam mengatakan bahwa ia pulang terlambat karena ada belajar tambahan untuk persiapan ujian dan menyuruh Nao pulang lebih dulu.

Nao memasukan benda pipih itu ke dalam tasnya tanpa berniat membalas pesan sang kakak. Nao menyampirkan tasnya di pundak, ia berjalan keluar kelas.

***

Nao berjalan ke halte yang jaraknya beberapa meter dari sekolah. Nao mengeluarkan ponselnya, melihat akun sosial media untuk menghilangkan rasa bosannya, karena sepi adalah kedamaian bagi Nao.

Bus berhenti tepat di depan Nao menghentikan aktivitasnya bermain gadget, ia bangkit lalu masuk ke dalam bus. Hanya ada beberapa orang di dalam.

Tepat saat Nao duduk di kursi penumpang, seseorang masuk dengan pakaian serba hitam. Berjalan ke arah belakang dan berdiri di sana.

Ponsel Nao tiba-tiba berdering menandakan panggilan masuk. Nao mengangkatnya.

"Dalam bus," ujarnya pada seseorang di sebrang sana yang tak lain adalah Agam.

Lama Nao diam, sampai akhirnya panggilan itu berakhir. Bus berhenti tepat di depan supermarket atas keinginan Nao. Ia membayar lalu turun.

Nao bergegas masuk ke dalam supermarket, memilih beberapa bahan makanan yang nantinya akan ia masak, dan beberapa camilan pesanan Agam.

Setelah dirasa cukup ia keluar dengan barang belanjaan yang tentunya sudah dibayar sebelum keluar.

Nao berjalan menyusuri trotoar jalan yang sepi pejalan kaki. Jarak supermarket dengan rumahnya memakan waktu yang lama, beberapa kilometer lagi untuk sampai di depan pintu rumah. Tetapi Nao memiliki berjalan kaki.

Tanpa Nao sadari sepasang mata coklat tengah mengawasinya dibalik rindangnya pepohonan yang ada di samping trotoar. Seseorang itu terus menatap lurus ke arah Nao, sesekali ia mengangkat ponselnya untuk memotret.

Satu jam sudah Nao berjalan kaki, dirasakannya lelah ia duduk sejenak di bangku yang tersedia di pinggiran. Melihat jam di pergelangan tangannya, jam sudah menunjukkan pukul setengah lima sore.

Nao melanjutkan perjalanannya yang tinggal setengah jam lagi, ia harus bergegas pulang sebelum hari mulai gelap.

***

"Gam!" seru seseorang menghentikan langkah Agam menuju kelas Nao.

Koridor sudah sepi, hanya beberapa siswa-siswi kelas XII yang berlalu lalang.

Agam menoleh, Ezel dan Vano berjalan ke arahnya.

"Mau kemana? Kantin ayo," ujar Ezel yang dibuahi pukulan kecil dibelakang kepalanya. Siapa lagi pelakunya jika bukan Vano.

Autism Opens the WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang