Aku masih dengan dinginku. Kamu masih dengan hangatmu. Dan semesta masih dengan kunci tabir semu.
Aku sangat malu bintang ku. Kala kuingat memori-memori sendu itu. Yang hadirnya membuat ku merutuki takdir ku. Harusnya aku tak sejahat itu
Masa itu...
Kala hati ku semakin sumpek. Ada benci yang menggelayutiku. Namun, ada rindu yang mencoba untuk masuk didalamnya.
Dasar aku manusia batu. Tak mau tahu tentang maumu. Harusnya aku jadi langit mu. Menerima mu, menjadi rumah mu, menjadi tempat mu bersemayam tenang.
Tapi, setelah berhadapan dengan mu. Aku beku, membisu, tiba-tiba semesta memintaku menjauhi mu. Bukan aku yang menggerakkan ini semua, sayang ku. Ini diluar kendali ku
Masa itu...
Kulihat kau ditepi taman. Menggenggam balon warna warni, indah sekali. Ku perhatikan dari kejauhan. Kulihat anak-anak mulai datang. Mencium mu satu persatu. Balon ditangan mu mulai berkurang diiringi anak-anak yang tertawa riang.
Terukir senyum dibibirku. Kala kulihat pemandangan itu. Kau nampak berbeda, bukan Prameswari biasanya. Kau lebih seperti tuan ratu yang mengayomi rakyat-rakyatnya. Dengan penuh kasih dan cinta.
Ternyata, orang yang mengejar ku bukan orang sembarangan. Kau terlampau luar biasa untuk aku makhluk sepele semesta.
Masa itu...
Kulihat kau sedang memapah seorang nenek-nenek. Ada luka ditangan, kepala juga kakinya. Kali ini aku tak tinggal diam. Kuparkirkan kendaraan, lalu kupanggil kau yang sedang kebingungan.
Kita sama-sama bawa nenek itu kerumah sakit. Kau nampak cemas, air mata tak berhenti turun membasahi pipi mu. Aku masih diam, menjalankan kendaraan hingga sampai kerumah sakit. Kau berlari kencang, mendampingi nenek itu dengan gusar. Kutarik tangan mu kala ia masuk dalam ruang ICU.
Kau diam, tak bergeming. Tak seperti biasanya yang ceria dan tak biasa saat ada aku didekat mu. Bahkan sepertinya kau tak menganggap ada ku.
"pulanglah. Aku berani sendiri"
Tak butuh persetujuan mu, ku langkahkan kakiku keluar. Meninggalkan mu sendirian. Argh betapa jahanamnya aku pada mu, Prameswari ku
___________
Tolong jangan kutuk aku dengan kata-kata mu..
Jangan bunuh aku dengan sumpah serapah mu..
Sudah ku katakan bukan. Ini diluar kendali kuPercayalah
KAMU SEDANG MEMBACA
Semestaku Itu Kamu
Kurzgeschichtenini hanya curahan hati ku tentang mu. tentang seseorang yang dulunya tinggal amat dalam namun kini pergi meninggalkan kenang Akankah Bintang tetap bersinar terang, berkelip indah, dan dipandang sempurna kala semesta gelap gulita? ntahlah, rasanya ak...