Semesta enam

1 0 0
                                    

Bukankah rasa itu tak bisa dipaksa. Jika kau tak suka maka jangan memaksa untuk suka. Jika kau sayang, mari berjuang















Sedikit kuceritakan gadis yang mengejarku kala itu. Dia adalah kekasih ku, sebelumnya. Namun, mataku melihat dia sedang bercumbu rayu dengan laki-laki lain tanpa sepengetahuan ku.

Aku terlampau sering untuk diam dengan sikapnya. Membiarkan gadisku bertindak seenaknya. Kamu tau kenapa? Ini atas dasar cinta.

Namun kemarin adalah puncaknya. Aku tak lagi bisa menahan sabar ku lebih lama. Kuputuskan untuk meninggalkannya. Meski nyatanya dia yang meninggalkan ku. Dia tak terima lalu memaksa ku untuk kembali dengannya.

Masa itu, aku sedang berada dihadapan mu. Ada rasa yang tak dapat ku artikan pada semesta raya. Ada bahagia, suka cita, rindu dan ingin memelukmu.

Namun, ego ku lebih besar dari keinginan ku. Percayalah ini diluar kendali ku, sayang.

*
*
*

Sampai didepan pintu kelas. Aku masih diam, tak tahu mau bicara apa. Aku terlalu pengecut dibanding kamu bintang ku. Beri aku sedikit keberanian untuk bisa mengatakan aku rindu.

"aku pergi"

"iya Mahesa. Terimakasih. Nanti kalau kamu sudah cinta bilang ya. Aku akan nembak kamu"

Kata itu, kata yang selalu kau ucap pada ku Prameswari. Kata yang tak lelah ada dibenakmu. Menancap sejati dihatimu. Dan terngiang dikepala ku.

Kulangkahkan kaki, memasang earphone, dan tersenyum pada dunia. Hati ku berbunga sayang.

Masa itu...

Kulihat kamu sedang berolahraga. Aku masih dipojok lapangan setia dengan earphone dan air minum SEMESTAKU,  lagi.

Tiba-tiba...

Spontan aku berlari menuju tubuh tergeletak tak berdaya itu. Menggendongnya, berlari dengan mata manusia yang melirik tanpa henti. Darah segar mengalir dihidung mu. Menambah panik dihati ku.

Kupandangi wajah polos mu. Wajah yang selalu terlihat ceria tanpa beban yang disangga. Wajah mu pucat, cepatlah sembuh. Aku rindu wajah ayumu.

Ku tunggu hingga sekolah selesai. Kau tetap tak sadarkan diri. Kutunggu lagi..

Satu menit

Lima menit

Sepuluh menit

Tiga puluh menit

Ahirnya tubuhmu bergerak. Kala itu kurasa lega membasuh hati ku. Kuantar kau pulang kerumah mu. Ku putuskan untuk masuk dan... Kulihat foto yang terpampang besar ditembok itu.

Wanita tua, wajah keriput. Bukan kah ia yang kau tolong waktu itu.

"dia ibuku Mahesa"

Damm ibu mu? Lalu dimana sekarang?

"...dia sudah meninggal kala kau tolong aku mengantarnya kerumah sakit kemarin"

Tuhan, betapa jahatnya aku. Harusnya aku tak meninggalkannya sendiri kala itu.

"maaf"

Laki-laki macam apa aku ini.

"aku sudah tak punya siapa-siapa lagi disini. Yang kupunya hanya ibu. Tapi sekarang ibu sudah pulang. Pulang untuk bertemu ayah disurga sana"

Hatiku terkoyak kala kulihat wanita ku menangis tersedu-sedu. Kupeluk tubuhnya, kuusap kepalanya, kubisikkan padanya

"kamu masih punya aku... "

Detik berikutnya ia mengangkat kepalanya lalu tersenyum.

________________

Apakah akan selalu bersama?
Apakah benar aku miliknya?
Apakah nanti aku mampu menjaganya?

Kuharap semesta tak mengutuk ego bengis ku lalu mengambil dia...

Salam hangat

Aku, manusia batu

Semestaku Itu KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang